Shanum Anindya, Bocah 4 Tahun yang Antusias Diperiksa di Kegiatan Skrining IDAI Kaltim

Petugas kesehatan memeriksa tumbuh kembang Shanum Anindya saat kegiatan skrining di Puskesmas Lok Bahu, Sungai Kunjang, Samarinda, Sabtu (9/8). (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ratusan warga tampak antusias memadati ruang pertemuan Tanjung Batu di Puskesmas Lok Bahu, jalan Nusyirwan Ismail (Ring Road II) Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda, sejak Sabtu pagi (9/8).

Para ibu-ibu dan bapak-bapak berbondong-bondong datang sambil menggendong serta menuntun balita mereka, menunggu giliran untuk mengikuti kegiatan skrining tumbuh kembang yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Timur (Kaltim) dalam rangka program Pediatric Social Responsibility.

Di antara keramaian itu, Shanum Anindya, bocah perempuan berusia 4 tahun 3 bulan ini tampak tersenyum malu saat seorang tenaga kesehatan memegang pergelangan tangannya untuk melakukan pengukuran. Matanya pun sesekali melirik ibunya, Sungatemi, warga Lok Bahu RT 44 yang berdiri di sampingnya sambil mengangguk memberi semangat.

Sungatemi mengaku datang ke acara ini setelah mendapat undangan dari pihak RT. Setiap RT kata dia, diminta mengirim sekitar dua orang balita untuk hadir, dengan tujuan mencegah stunting dan memaksimalkan tumbuh kembang anak.

“Karena untuk mengetahui tumbuh kembang balita setiap bulannya, tadi Shanum mengikuti pemeriksaan berat dan tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan,” ujarnya.

Para ibu-ibu dan bapak-bapak berbondong-bondong datang sambil menggendong serta menuntun balita mereka, menunggu giliran untuk mengikuti kegiatan skrining tumbuh kembang yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Timur (Kaltim) dalam rangka program Pediatric Social Responsibility, hari Sabtu (9/8/2025). (Foto Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

Shanum termasuk anak yang rutin dipantau tumbuh kembangnya. Ibunya, yang juga kader Posyandu, terbiasa membawa sang buah hati setiap bulan ke Posyandu Mawar Putih.

“Alhamdulillah naik aja sih walaupun sedikit. Programnya juga bagus, apalagi ada PMT dan susu setiap bulannya. Saran saya, kegiatan seperti ini terus dilanjutkan,” terangnya.

Menurutnya, ibu-ibu harus aktif memantau tumbuh kembang anak. Caranya, dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsi sang anak, terutama sayur dan buah-buahan.

“Jika anak enggak doyan makan sayur, ibu-ibu harus berkreasi. Misalnya dengan membuat nugget, ditambahi wortel, daun bawang dan lain-lain. Tujuannya, supaya anak itu mau makan sayur dan buah-buahan,” jelasnya.

Tak hanya Shanum, ratusan anak lain juga mengikuti pemeriksaan serupa. Masyarakat tampak sabar mengantre, sebagian menyimak edukasi yang disampaikan tim medis tentang gizi seimbang dan pencegahan stunting.

Sementara itu, Kepala UPTD Puskesmas Lok Bahu, Zulhijrian Noor, menjelaskan bahwa pihaknya masih melakukan validasi data terkait jumlah balita stunting di wilayah kerjanya.

“Data terakhir menunjukkan ada sekitar 130-an balita yang masuk kategori stunting. Untuk kegiatan hari ini, kami mengundang sekitar 60–70 anak dengan gangguan pertumbuhan, serta 30 anak yang terindikasi memiliki gangguan perkembangan,” paparnya.

Kegiatan skrining ini kata dia, menjadi langkah penting untuk mendapatkan gambaran kondisi kesehatan balita secara lebih akurat. Hasil pemeriksaan akan menjadi dasar dalam menyusun intervensi lanjutan, baik melalui pemberian asupan gizi tambahan, edukasi orang tua, maupun rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap jika diperlukan.

“Kemungkinan ada beberapa pasien kita yang memang harusnya dirujuk ke spesialis anak. Namun karena keterbatasan transport atau yang lainnya, dia enggak bisa. Nah, dengan acara hari ini alhamdulillah, mereka cukup datang ke Puskesmas sudah bisa ketemu spesialis anak,” katanya.

Ketua IDAI Kaltim, Diane Meytha Supit, yang turut memantau jalannya kegiatan dari pagi hingga siang hari, mengimbau para orang tua untuk rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

“Bayi usia 0–2 tahun harus dipantau setiap bulan. Kalau ada gangguan gizi atau berat badan anak tidak naik, bisa cepat ditangani sebelum menjadi stunting. Begitu juga dengan MPASI dan imunisasi, yang cakupannya di Kaltim masih rendah,” tegasnya.

Diane menjelaskan, skrining yang dilakukan pada anak meliputi pengukuran berat dan tinggi badan, lingkar kepala, dan pemeriksaan perkembangan anak di empat aspek, yakni motorik halus, motorik kasar, bahasa-bicara, dan kemandirian sosial.

“Kami ingin orang tua mendapat pengetahuan dan anak-anak mendapat layanan kesehatan. Harapan kami, mereka tumbuh sehat, cerdas, dan kuat,” harapnya.

Di tempat yang sama, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Rudy Agus Riyanto, mengingatkan pentingnya Posyandu sebagai ujung tombak layanan tumbuh kembang anak.

“Posyandu itu jaraknya dekat, gratis, dan pemantauannya sama baiknya dengan layanan di klinik atau dokter spesialis. Jadi, masyarakat jangan ragu untuk datang dan periksakan anaknya,” pungkasnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan

Tag: