Soal Bocah Khairil dan Hasril yang Dideportasi ke Nunukan, Ini Pengakuan Ibu Kandungnya

Pegawai DP3AP2KB Nunukan mendampingi  Khairil dan Hasril di Panti Asuhan Ruhama Aisyah. (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Soal Muhammad Khairil (8) dan Muhammad Hasril (6) dua anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tergabung dalam rombongan WNI deportasi Pemerintah Malaysia ke  Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Jum’at (22/10/2021) mendapat perhatian banyak pihak.

Dalam rangka memberikan perlindungan, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Nunukan, sudah memisahkan Khairil dan Hasril dari rombongan PMI dewasa yang kini menempati komplek Rusunawa Nunukan.

BP2MI juga telah menyerahkan keduanya kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Nunukan.

Soal bocah Khairil dan Hasril yang ditayang dilaman media Niaga.Asia, Jum’at (22/10/2021)  menyebar cepat, sejumlah nomor telp Malaysia dengan kode +60 xxxxx menghubungi kantor Redaksi Niaga.Asia, meminta informasi terkait keduanya.

Salah satu nomor telepon yang menghubungi Niaga.Asia mengaku bernama Asrina (Rina). Ia mengaku ibu kandung dari Khairil dan Hasril dan sekarang  tinggal di Sandakan, Malaysia.

“Iya saya ibunya, mereka itu anak-anak saya pak, bolehkah saya bicara dengan Khairil dan Hasril,” kata Asrina lewat percakapan WhatsApp pada Niaga.Asia, hari ini, Sabtu (23/10).

Asrina membenarkan telah bercerai dengan suaminya Aris Bin Saing. Dari pernikahannya dengan almarhum Aris dikaruniai 3 anak.

“Khairil dan Hasril ikut suami, sedangkan satu anak berusia 3 tahun ikut saya,” ungkapnya.

Asrina mengaku sejak bercerai bulan Februari 2021, tidak pernah lagi mendapatkan kabar suami dan kedua anaknya, karena komunikasi terputus. Kabar terakhir yang diterimanya adalah anaknya dideportasi ke Nunukan.

“Saya putus komunikasi dengan mereka, saya baru tahu dari berita media bapak kalau mantan suami meninggal dunia rumah tahanan Imigrasi Malaysia,” tuturnya.

Selain ingin berkomunikasi dengan anaknya, Asrina berkeinginan datang ke Nunukan dan berharap bisa membawa kedua anaknya kembali ke Malaysia, berkumpul dengan keluarganya.

Tapi keinginan Asrina menjemput anaknya ke Nunukan bakal terkendala peraturan yang saat ini diterapkan  Pemerintah Malaysia, me-lockdown negaranya dan meniadakan transportasi reguler Tawau – Nunukan.

“Tidak masalah anak-anak dipulangkan ke Bulukumba, Sulawesi Selatan, ketemu keluarga bapaknya, tapi tolong jangan putuskan komunikasi saya dengan anak-anak,” ujarnya.

Asrina secara khusus menyampaikan terima kasih kepada jajaran Direksi Niaga.Asia yang telah menginformasikan keberadaan anaknya, terima kasih pula telah memfasilitasi komunikasi dengan DP3AP2KB Nunukan.

Terpisah, Kepala Dinas P3AP2KB Nunukan Faridah Aryani mempersilahkan pihak keluarga berkomunikasi dengan kedua anak. Silahkan pihak keluarga ibu ataupun bapak menghubungi anak mereka.

“Karena Khairil dan Hasril dideportasi tanpa orang tua, status anak itu kini  dalam perlindungan pemerintah Nunukan, kami harus melindungi dan sebisa mungkin mempertemukan dengan keluarga,” terangnya.

Faridah membenarkan beberapa nomor telepon menghubung dirinya,  baik dari pihak keluarga almarhum bapaknya Khairil dan Hasril di Bulukumba maupun ibu kandungnya  yang berada di Malaysia.

“Keluarga almarhum bapaknya, ingin Khairil dan Hasril pulang ke keluarganya di Bulukumba,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, dua orang anak laki-laki Muhammad Khairil (8) dan Muhammad Hasril (6) dideportasi pemerintah Malaysia ke wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tanpa pendampingan keluarga ataupun orang tua.

Khairil dan Hasril adalah anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang terdaftar dalam rombongan 193 orang pekerja Migran yang terjaring razia Pemerintah Malaysia, dan telah menjalani penahanan sementara di Tawau, Malaysia.

Orang tua anak ini meninggal dunia 25 September 2021 saat menunggu deportasi ke Indonesia tanggal 21 Oktober 2021.

Kepada Niaga.Asia.com, Khairil menceritakan ihwal orang tua laki-lakinya yang mengidap penyakit paru –paru dan meninggal dunia di rumah tahanan saat makan malam. Kepergiaan orang tua persis di hadapan kedua anak-anak.

Orang tua Khairil dan Hasril bekerja sebagai pemandu kendaraan alat berat di perusahaan sawit Malaysia. Pasca terjaring razia di Malaysia, keduanya  dibawa bapaknya tinggal di rumah tahan selama 1 tahun hingga dipulangkan ke Nunukan.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau   

Tag: