IMF Proyeksikan Ekonomi Global akan Melambat di 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (handout/Kementerian Keuangan)

JAKARTA.NIAGA.ASIA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ekonomi global telah berkembang dengan sangat dinamis yang menciptakan tantangan besar bagi para pembuat kebijakan. Kondisi ini akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang memburuk disebabkan oleh tingginya inflasi dan respon dari sisi moneter.

“International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan situasi ekonomi global akan melambat. Pertumbuhan secara global akan menurun dari 6% pada tahun 2021 menjadi hanya 3,2% pada tahun 2022, dan berkurang lagi menjadi 2,7% pada tahun 2023,” kata Sri Mulyani dalam Inaugural ASEAN+3 Economic Cooperation and Financial Stability Forum yang diselenggarakan secara daring, Jumat 2 November 2022.

Sri Mulyani menerangkan, prospek ekonomi global yang direvisi ke bawah ini memberikan risiko nyata yang kini dihadapi oleh mayoritas negara, termasuk wilayah ASEAN. Berbagai faktor yang memicu kondisi tersebut seperti perang di Ukraina yang menimbulkan peningkatan risiko berupa krisis pangan, energi, dan pupuk.

Bahkan, kondisi ini menciptakan inflasi yang meningkat dan terburuk dalam 40 tahun di banyak negara maju. Kemudian, situasi ini ditanggapi dengan pengetatan kebijakan moneter dan peningkatan suku bunga oleh negara maju yang menyebabkan tingginya arus modal keluar dan melemahnya mata uang di banyak negara berkembang.

“Tantangan utama jangka pendek bagi banyak negara adalah bagaimana kita harus mengatasi inflasi tanpa melemahkan ekonomi, bagaimana kita mengatasi tekanan harga khususnya pangan dan energi tanpa melemahkan kinerja perekonomian,” jelas Sri Mulyani.

Di tengah guncangan ekonomi global, nyatanya beberapa negara Asia seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia mengalami tren pertumbuhan yang meningkat pada kuartal pertama hingga kuartal ketiga di tahun 2022.

“Indonesia, misalnya, kita dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan diatas 5% selama empat kuartal berturut-turut dengan triwulan III tahun 2022 dimana pemulihan ekonomi sebesar 5,7%,” Sri Mulyani menambahka.

Untuk menjaga pemulihan ini, Sri Mulyani mengatakan pondasi negara Asia Pasifik harus diperkuat. Penguatan dengan memperhatikan tantangan global tahun 2023 yaitu kemungkinan resesi yang lebih tinggi di banyak negara maju dan juga masih melanjutkan inflasi yang diikuti tingkat suku bunga yang tinggi.

“Kebijakan yang terkalibrasi dengan baik, terencana dengan baik, dan dikomunikasikan dengan baik sangat penting karena kita berurusan dengan semua pelaku ekonomi dan pasar yang bisa sangat tidak stabil. Kita juga perlu secara efektif menggunakan semua alat yang tersedia untuk mencegah kegagalan pertumbuhan ekonomi. Pemulihan ekonomi global pasti terancam dan kita membutuhkan semua untuk membangun kolaborasi yang kuat di antara para pemangku kepentingan,” pungkas Sri Mulyani.

Sumber : Kementerian Keuangan | Editor : Saud Rosadi

Tag: