
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Isu ketimpangan gender jadi sorotan dalam peringatan Hari Ibu ke-97 tahun di 2025 ini. Perempuan harus terus mendapatkan perhatian sekaligus peran yang setara untuk berkarya yang sama dengan pria.
Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim Sri Wahyuni menerangkan, perhatian negara terhadap kaum perempuan sejatinya sudah sangat konkret, mulai dari keberadaan di kementerian khusus. hingga regulasi di tingkat daerah. Namun demikian, tantangan sesungguhnya ada pada bagaimana perempuan itu memanfaatkan ruang untuk mandiri dan berkarya.
“Saat ini keberadaan perempuan diakui. Ada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kemudian juga di dalam Kementerian Dalam Negeri ada urusan khusus pemberdayaan perempuan. Ini menjadi tanda bahwa perempuan harus mendapat perhatian, mendapat tempat yang sama untuk berkarya,” kata Sri, di Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Selasa 16 Desember 2025.
Sri menerangkan, kesempatan bagi perempuan untuk maju kini terbuka lebar, asalkan ada kemauan kuat dari individu untuk melangkah dan berusaha.
“Melalui hari ibu ini, kita ingin kesadaran perempuan semakin maju dan setara, serta karya yang dihasilkan semakin banyak,” ujar Sri.
Meski kemajuan mulai terlihat, Sri tidak menampik bahwa isu ketimpangan gender masih menjadi fakta yang tidak terhindarkan di lapangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi Kalimantan Timur 2024 sebesar 0,441, naik 0,027 poin dibandingkan 2023.
Hal ini menandakan kesetaraan gender di Kaltim mengalami penurunan yang diakibatkan oleh penurunan dimensi pemberdayaan perempuan, dalam persentase anggota legislatif perempuan dan disertai peningkatan persentase anggota legislatif laki-laki.
Namun di sisi lain, perbaikan pada dimensi pasar tenaga kerja, yang ditunjukkan dengan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan yang lebih cepat dibandingkan peningkatan TPAK laki-laki.
“Kita masih mendapati ketimpangan gender itu. Maka itu yang mau kita gaungkan kepada ibu-ibu yang aktif di organisasi perempuan dan di mana saja untuk biasa meaktualisasinya, meskipun dari skala kecil,” pesan Sri.
Sri juga mengajak seluruh organisasi perempuan untuk tetap solid, tidak berjalan sendiri-sendiri, serta saling merangkul dan menguatkan peran keberadaan perempuan di Kaltim.
“Kita mengapresiasi berbagai organisasi perempuan yang duduk bersama, memperkuat satu dengan yang lain. Dengan mereka berorganisasi, artinya mereka sudah memberdayakan diri mereka,” demikian Sri Wahyuni.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: Hari IbuKaltimPemberdayaan Perempuan