Strategi Pembangunan Kelistrikan di Daerah 3T Tergantung Demografi yang Akan Dilistriki

Sebanyak 62 mahasiswa dari 34 perguruan tinggi yang menjadi peserta program Gerakan Listrik Tenaga Surya (GERILYA) Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch IV, mengikuti Kuliah Umum Studium Generale Program GERILYA MSIB Batch IV: Sektor ESDM untuk Energi Berkelanjutan. (Foto Kementerian ESDM)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menjelaskan bahwa pembangunan 12 unit PLTS Terpusat yang dianggarkan pada APBN 2023 sangat bergantung pada demografi wilayah yang akan dilistriki.

Apabila lokasi daerah yang akan dilistriki merupakan sekumpulan rumah tangga dan jaraknya tidak berjauhan dari desa tetangga yang telah berlistrik dari PLN, maka strategi kelistrikannya adalah menarik kabel PLN dari desa tetangga ke lokasi tujuan.

Sementara apabila lokasi berjauhan dengan desa tetangga, maka yang akan dikembangkan adalah PLTS Terpusat beserta baterai, dan jaringan kelistrikannya, itu dilakukan apabila sumber energi air tidak tersedia.

Ada juga kondisi yang challenging dan berasosiasi dengan keamanan, yakni yang lokasi antara rumah yang satu dengan rumah yang lain sangat berjauhan, maka ada program Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) yang dapat di-charge ulang setiap minggunya.Dengan begitu, Pemerintah akan membangun charging station yang bisa dijangkau.

Rida Mulyana memaparkan itu setelah mendapat pertanyaan dari peserta GERILYA dari Amanda Putri Wulan Sari dari Universitas Bakrie, tekait strategi Pemerintah dalam mengatasi tantangan pembangunan 12 unit PLTS Terpusat dalam APBN Tahun 2023 untuk melistriki daerah 3T, Senin (13/2/23)

Menurut Rida, Pemerintah menggagas program PLTS Terpadu, dengan membangun jaringan dan menyediakan baterai. Hal tersebut menjadi bagian dari strategi, di samping bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, aparat keamanan, dan perwujudan program, bukan penyelesaian proyek.

“Program harus sustain, kita mendidik pemuda di sana untuk menjadi operatornya dan yang menjaga. Jadi sementara fisiknya kita bangun, kita didik operatornya dalam waktu yang bersamaan<’ ungkapnya.

Selanjutnya, dibuka kanal komunikasi, kalau sekiranya ada apa-apa dengan unit PLTS itu, yang tidak bisa mereka pecahkan, mereka boleh kontak teman-teman di Jakarta atau membentuk komunitas WA grup, jadi di antara mereka bisa sharing pengalaman dan saling tanya.

“Itu termasuk strategi kita agar apa yang kita bangun dengan menggunakan uang rakyat, kembali ke rakyat, dan dikelola rakyat sendiri di situ, sehingga manfaatnya semakin maksimal,” pungkas Rida.

Kementerian ESDM juga berkolaborasi dengan Society of Renewable Energy (SRE) membangun kelistrikan untuk menunjang aktivitas ekonomi di wilayah pedesaan. Melalui program ini, lebih dari 48 lokasi sudah dipasang PLTS, dengan 100 kWp kapasitas terpasang, dan melibatkan lebih dari 300 partisipasi generasi muda.

“Program ini sudah dirancang, nanti teman-teman tinggal jaga kesehatan dan semangat, agar kemudian pada saatnya akan menjadi agent of change dari generasi muda ini, khususnya menjadi clean energy activist yang akan mengajak mahasiswa lainnya untuk mempercepat proses transisi energi ke energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” tandas Rida.

Sebagai informasi, telah terpilih 62 mahasiswa dari 34 Perguruan Tinggi, dari total 2.456 pendaftar dari 280 perguruan tinggi di Indonesia dalam program GERILYA. Sebanyak 24 orang atau 38% di antaranya adalah perempuan. Hal ini merupakan wujud komitmen kesetaraan gender (gender equality) dalam pelaksanaan program Gerilya MSIB Batch 4.

Program Gerilya MSIB Batch 4 dilaksanakan pada Semester Genap 2022/2023 dengan durasi pembelajaran dan magang yang dapat dikonversi setara dengan 20 SKS. Program Gerilya MSIB Batch 4 akan berlangsung selama 5 bulan dengan rincian: 1 bulan pembelajaran kelas daring (online course) dan 4 bulan kegiatan magang atau team based project (TBP) di perusahaan mitra Gerilya.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: