Teknologi Harus Hidupkan Kampung di Kabupaten Berau

aa
Belajar menggunakan tekonologi infomasi dalam membangung kampung di Berau.

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA-Hampir enam puluh persen masyarakat Indonesia sudah memakai telefon pintar. Mestinya produk unggulan dari desa, tidak hanya dijual di pusat kota terdekat, melainkan ke kota-kota besar utama seperti Balikpapan, Surabaya dan Jakarta.

Hal itu dikatakan  Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal  Kementerian Desa, Pembangunan Daerah, dan Transmigrasi Samsul Widodo, dalam dialog penutupan Lingkar Belajar Masyarakat (LBM) di Hotel Makmur, Tanjung Redeb, Jumat , 19 Juli 2019 sebagamana  rilis yang diterima Niaga.Asia dari Yayasan Konservasi Nusantara.

LBM adalah kegiatan peningkatan kapasitas aparat dan warga kampung se-Kabupaten Berau yang dihelat tahunan. Pada LBM di tahun ketiga ini, peserta yang  hadir mewakili dari, aparat desa, Tenaga Pendamping Profesional Desa, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pendamping dari Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal.

Diperkirakan ada sekitar 500 orang yang belajar tentang perhutanan sosial, penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMKam) dan pengelolaan Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) selama tiga hari (17-19 Juli). Pada tahun 2019, penyelenggaraan LBM mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Berau, Universitas Gadjah Mada, PT Berau Coal dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang berafiliasi dengan  The Nature Conservancy.

aa
Bupati Berau, H Muharram bersama aktivis Lingkar Belajar.

Sebagai birokrat kementrian yang acap mengunjungi desa-desa di seluruh Indoensia, Samsul mengatakan bahwa teknologi seharusnya bisa dimanfaatkan maksimal. Misalnya, Ia mencontohkan memutus rantai pemasaran tangkapan ikan, sehingga nelayan mendapatkan harga pantas dari pembeli.

Begitu juga untuk petani, bagaimana teknologi bisa memudahkan pembeli dan produsen bertemu langsung tanpa banyak rantai distribusi. Caranya adalah dengan menjadikan desa digital, desa yang melek pengelolaan informasi dan teknologi, sehingga mereka bisa langsung terhubung dengan pembeli produk-produk unggulan desa melalui laman resmi desa atau aplikasi penjualan hasil pertanian, perikanan dan peternakan. “Jadi walaupun desa itu jauh, sepanjang ada akses internet, mereka bisa mempromosikan desa-desa tersebut,” ujar Samsul.

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Jamhari menjelaskan untuk memajukan kampung-kampung di Berau, perlu ada lompatan. “Seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya, bahwa kerja itu tidak boleh linier, harus ada lompatan,” ujarnya.

Pada kasus Berau dengan usaha pertanian yang menguasai 44 persen pendapatan rumah tangga warganya, maka harus dirunut dari masalah terbesarnya. Dari sensus pertanian, ditemukan bahwa 57 persen masalah pertanian di Berau adalah modal yang kecil.

Dengan kondisi modal terbatas itu, Jamhari menjelaskan, perlu pengoptimalan sumber daya yang ada, baik alam maupun manusia. Dari manusianya, warga dan aparat desa sebaiknya dalam memilih produk unggulan, saling berbeda dengan tetangga desa. “Prinsipnya  kalau kita ini the only one. Kalau tidak bisa the only one, ya to be number one,” kata Jamhari.

aa
Kegiatan YKAN di tanjung Redb, Berau. (Foto Berau Post)

Misalpun terpaksa harus sama antara beberapa desa, Ia menyarankan untuk saling berkolaborasi. Perhimpunan ini akan memudahkan dalam berjejaring dan bekerja sama dengan pengusaha atau daerah lain. Adapun dari sisi alam, Ia mengingatkan agar kampung-kampung di Berau yang memiliki hutan luas untuk tetap menjaga keanekaragaman hayati. “Hutan itu jangan dibuka semua, kalau terus dilakukan kita akan seperti Arab Saudi,” ujar Jamhari.

Pernyatan Jamhari itu merupakan pengingat dari pesan Profesor Abdulrahman Saad Aldawood dari Universitas King Saud. Profesor Abdulrahman mengatakan kini muncul tren warga kota untuk kembali ke desa di negaranya. “Mereka kembali untuk bertani dan menghijaukan kembali lahan desa di Saudi yang sudah menjadi gurun,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Profesor Abdulrahman mengingatkan warga Berau untuk tetap menjaga hutannya, karena ternyata dahulu Saudi juga sebenarnya adalah hijau. Lantaran eksplorasi minyak dan perluasan pemukiman, lahan-lahan hijau tersebut tergusur dan berubah menjadi padang pasir. Kini Saudi mengadakan program penanaman 10 juta pohon. “Kita harus menjaga alam untuk masa depan,” ujar dia.

Wakil Bupati Agus Tamtomo mengatakan bahwa apa yang didapat peserta selama tiga hari ini adalah upaya dalam mengejar ketertinggalan Berau. “Bapak ibu adalah orang terbaik dari kampungnya, besar harapan warga kepada Bapak dan Ibu sekalian untuk membuat perubahan di Kampung.” kata Wakil Bupati Agus dalam menutup LBM. Ia berpesan bahwa pembelajaran dari LBM bisa menjadi pendorong kemajuan di kampung baik dari sisi RPJMKam, BUMKam maupun perhutanan sosial.

Manajer Program Senior YKAN untuk Kalimantan Timur Niel Makinuddin menambahkan bahwa Berau adalah kabupaten yang mendapat dukungan banyak pihak dalam memajukan 99 kampungnya. Pemerintah Kabupaten mendukung baik secara finansial maupun kebijakan, perusahaan mendampingi warga melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, akademisi dengan kajian ilmiah dan organisasi sipil yang terjun langsung di masyarakat.

aa
Wisatawan bercengkrama dengan penyu di laut Pulau Maratua. (Foto Istimewa)

“Kampung-kampung di Berau adalah tulang punggung ekonomi kabupaten yang perlu dikelola dengan cara berbeda yakni inovasi dan kolaborasi” ujar dia. Seperti diketahui, kampung-kampung di Berau menjadi jawara lomba desa terbaik se-Kalimantan Timur sejak 2016. Diawali dari Kampung Tepian Buang pada 2016, lalu Kampung Maluang dan terakhir 2018 oleh Kampung Batu Putih.

Tentang YKAN

Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang berafiliasi dengan The Nature Conservancy adalah organisasi konservasi yang melindungi darat dan perairan di mana semua kehidupan bergantung. Di Indonesia, YKAN bermitra dengan pemerintah, masyarakat dan sektor swasta selama lebih dari 25 tahun, memajukan solusi untuk perlindungan hayati, pengelolaan sumberdaya alam dan perubahan iklim untuk kepentingan masyarakat dan alam.

Dengan menggunakan model-model pengelolaan  Osumberdaya alam yang berbasis sains, YKAN memberikan solusi dalam penyusunan kebijakan dan mempengaruhi tata kerja dan kelola yang berakibat pada bertambahnya konservasi darat dan laut di Indonesia yang dikelola secara efektif. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.nature.or.id dan www.sayasigap.org. (001)