Tempat Tidur Pasien Penuh Padahal Tersedia, Begini Penjelasan RSUD AW Sjahranie

Ki-Ka) Wagub Kaltim Seno Aji – Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD AW Sjahranie Indah Puspitasari – Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin. (Foto-foto niaga.asia/Nur Asih Damayant)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Pelayanan ketersediaan tempat tidur rawat inap pasien di RSUD AW Sjahranie sempat jadi sorotan, karena diduga tidak transparan.

Pihak RSUD kerap menyatakan kamar penuh. Padahal faktanya, rumah sakit milik Pemprov Kaltim itu masih memiliki ketersediaan tempat tidur.

Itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin, Senin 13 Oktober 2025 lalu, dalam pertemuan di antaranya bersama Wakil Gubernur Seno Aji.

“Saya mau cek dulu. Saya kaget begitu Pak Wagub mengatakan salah satu pasien (di RSUD AW Sjahranie) melapor ke timnya Pak Wagub (tidak dapat tempat tidur) dan melakukan koordinasi, ada (tempat tidur) katanya,” kata Jaya kepada wartawan saat itu.

Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji meluruskan yang disampaikan Jaya Mualimin.

“Kita sampaikan untuk selalu berkoordinasi dengan BPJS kesehatan,” kata Seno ditemui di Taman Makam Pahlawan Samarinda, kemarin.

Permasalahan ketersediaan kamar ini, lanjut Seno, memang paling sering terjadi pasien BPJS Kesehatan kelas dua.

“Terkadang tempat tidur di RSUD AW Sjahranie habis dan berpindah ke kelas 3. Dan biasanya, pasien tidak bersedia untuk dipindahkan ke kelas 3. Maka perlu komunikasi dengan baik,” ujar Seno.

Terkait masalah itu, Pemprov Kaltim akan melakukan pemeriksaan mendalam terhadap ketersediaan tempat tidur, khususnya tempat tidur untuk BPJS kelas 2.

“Kita akan periksa ketersediaan tempat tidur kelas 2 di AWS. Kalau perlu kita tambah,” sebut Seno.

Menurutnya, persoalan ketersendiaan tempat tidur di RSUD AW Sjahranie bukan hal yang baru, melainkan sudah terjadi dari tahun ke tahun.

“Ke depan kita akan diskusikan dengan BPJS dan pihak AWS-nya. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun sejak 5-6 tahun, sudah lama terjadi. Kita harus merubah pola rumah sakit kita,” terang Seno.

Kemudian terkait kabar koordinasi dengan pihak RSUD AW Sjahranie, baru mendapatkan tempat tidur tersebut, menurut Seno itu terjadi karena saat itu kebetulan pasien yang dirawat di kamar rawat inap itu telah sembuh dari pengobatannya, sehingga tempat tidur dimaksud bisa didapatkan.

“Saya tanyakan ke direktur kenapa begitu berkoordinasi baru dapat? Ini harus kita tindaklanjuti juga, kebetulan saat itu ada pasien yang keluar karena sudah sembuh dari pengobatannya, akhirnya dapat 1 tempat tidur disana,” kata Seno Aji.

Respons RSUD AW Sjahranie

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD AW Sjahranie Indah Puspitasari menerangkan, sejauh ini untuk ketersediaan tempat tidur di RSUD AW Sjahranie sendiri memiliki 548 tempat tidur, dengan peruntukan rawat inap yang jelas.

“Misalnya untuk ibu melahirkan di ruangan Mawar. Kemudian ruang Lily untuk anak. Ruang Tulip untuk isolasi HIV dan Tuberkulosis (TB). Jadi tidak bisa dimasukan sembarang penyakit,” kata Indah ditemui Jumat 10 Oktober 2025.

Ketersediaan tempat tidur tidak bisa diisi secara sembarangan, karena setiap ruangan telah diklasifikasikan berdasarkan jenis penyakit atau kebutuhan pasien.

“Jadi kalau misalkan di ruang Tulip itu kosong tidak ada pasien HIV atau tidak ada penghuninya, kita tidak boleh mengisi pasien lain dengan penyakit tifoid atau tipes. Karena itu (ruangan) untuk pasien menular, tidak mungkin kita campur,” jelas Indah.

“Kemudian yang kosong ruang Mawar. Ruangan itu untuk melahirkan, jadi tidak mungkin Bapak-bapak dirawat di situ,” tambah dia.

Terkait informasi ketersediaan tempat tidur sendiri di RSUD AW Sjahranie, masyarakat dapat memantaunya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan rawat jalan.

“Di sana, ada layar monitor untuk memantau ketersediaan tempat tidur,” sebut Indah.

Indah melihat belakangan ini, periode Agustus-September memang hampir keseluruhan tempat tidur di RSUD AW Sjahranie kerap penuh, khususnya untuk kelas 1 dan 2.

“Misalkan yang keluar (sembuh dan selesai dirawat) itu 83 orang, yang masuk (kembali) 86 orang. Kemudian ke depannya nanti ada KRIS (Kelas Rawat Inap Standar), sehingga kapasitas tempat tidurnya hanya 4 per kamar, tidak boleh lebih,” ujarnya.

Selain itu, Indah menjelaskan bahwa sejauh ini komunikasi antara pihak RSUD AW Sjahranie dengan BPJS kesehatan juga berjalan dengan baik.

Menurut Indah, apabila kamar kelas 1 dan 2 penuh, RSUD AWS berkomunikasi terlebih dahulu untuk menanyakan bersedia atau tidaknya pasien menempati kamar kelas III untuk sementara waktu.

“Kadang ada yang bersedia, ada yang tidak. Kita tidak memaksa. Jadi ada yang nunggu di IGD sementara,” terangnya.

Namun demikian, ke depannya pihak RSUD AW Sjahranie akan memperbaikinya informasi ketersediaan tempat tidur pada layar monitor, agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan masyarakat, serta langkah progresif lainnya untuk mengatasi permasalah tempat tidur ini.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: