Tragis, Anak-anak Dibunuh dan Disiksa Junta Myanmar

Pengungsi yang melarikan diri dari gejolak pertempuran antara tentara Myanmar dan kelompok pemberontak dan menetap sementara di Tepi Sungai Moei, menerima bantuan dari Thailand di perbatasan Thailand-Myanmar, di Mae Sot, Thailand, 6 Januari 2022. (REUTERS /Athit Perawongmetha)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Puluhan anak-anak telah tewas di Myanmar sejak kudeta tahun lalu. Tidak hanya dalam baku tembak konflik, melainkan juga sebagai sasaran yang disengaja dari militer.

Anak-anak di bawah umur dipukuli dan ditikam dan kuku jari atau giginya dicabut selama interogasi. Sementara beberapa orang dipaksa untuk menjalani eksekusi palsu, menurut laporan dari pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, Tom Andrews.

Junta telah berulang kali memarahi PBB dan negara-negara Barat karena campur tangan dan menolak tuduhan bahwa mereka melakukan kekejaman. Seorang juru bicara militer tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Selasa.

Berdasarkan kontribusi dari badan-badan PBB, kelompok-kelompok kemanusiaan dan hak asasi manusia dan organisasi masyarakat sipil, laporan itu mengatakan sekitar 250.000 anak-anak mengungsi karena pertempuran, dan setidaknya 382 tewas atau cacat, termasuk oleh serangan udara atau artileri berat.

“Serangan tanpa henti junta terhadap anak-anak menggarisbawahi kebobrokan dan kesediaan para jenderal untuk menimbulkan penderitaan besar pada korban yang tidak bersalah dalam upayanya untuk menundukkan rakyat,” kata Andrews dalam sebuah pernyataan, dikutip niaga.asia dari REUTERS, Rabu.

“Serangan junta terhadap anak-anak merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang,” lanjut Andrews.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan awal tahun lalu dan melancarkan tindakan keras terhadap lawan-lawannya, yang memicu reaksi keras oleh kelompok-kelompok perlawanan yang baru dibentuk.

PBB telah menerima informasi tentang 142 anak-anak yang disiksa oleh tentara, polisi dan milisi pro-tentara, kata laporan Andrews, sementara ada laporan anekdot tentang peningkatan perekrutan pekerja anak, termasuk oleh pejuang anti-junta.

Andrews mengatakan dunia harus mengambil tindakan terkoordinasi untuk mengisolasi junta secara finansial dan berkomitmen untuk “peningkatan dramatis” dalam bantuan kemanusiaan.

Dia mengatakan anggota PBB “harus menanggapi krisis di Myanmar dengan urgensi yang sama seperti mereka menanggapi krisis di Ukraina”.

Sumber : Kantor Berita REUTERS | Editor : Saud Rosadi

Tag: