Transaksi Rumput Laut Kering Mencapai Rp 20 Miliar/Bulan

rumput
Rumput laut kering dari Nunukan dan Sebatik dikirim ke Sulawesi Selatan dengan kapal angkutan penumpang. (budi anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Transaksi rumput laut kering di Nunukan dan Sebatik, Kabupaten Nunukan kembali menggeliat setelah harga dalam tiga bulan terakhir kembali naik ke angka Rp12.000/kilogram. Setiap bulan volume transaksi dari 1.700 ton rumput laut kering lebih kurang mencapai Rp20 miliar.

“Rumput laut kering dari Nunukan dan Sebatik dibeli pedagang dari Sulsel dan Surabaya. Transportasi dari Nunukan ke luar daerah masih menggunakan kapal penumpang swasta,”  kata Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Nunukan, Sidik Agus S pada Niaga.Asia, Sabtu (14/4/2018).

Besarnya produksi  rumput laut bisa dilihat dari data di Kantor PPI dan Karantina Hewan dan Tumbuhan Sebatik, dimana tiap bulannya lebih 1.700 ton rumput laut kering diangkut kapal-kapal tujuan Sulawesi dan Surabaya.

“Besarnya perputaran uang hasil budidaya rumput laut menjadikan usaha ini diminati masyarakat kecil, bahkan para pemilik modal besar mulai kembali melirik komoditi yang sempat hilang karena anjoknya harga jual di tahun 2016 – 2017 silam,” kata Sidik.

Danlanal Nunukan Keluhkan Alur Pelayaran Dipenuhi Tali Rumput Laut

Tali Rumput Laut Mengancam Keselamatan Pelayaran di Nunukan

Menurutnya, produksi  rumput laut  diperkirakan akan terus meningkat hingga pertengahan tahun sebab,  masih banyak rumput laut petani  dalam proses pengeringan, atau sengaja ditahan petani sambil menunggu harga makin  naik. “Menurut data Asosiasi Petani Rumput Laut, hasil penen Nunukan dan Sebatik mencapai 2.200 ton kering perbulan,” sebutnya.

Diterangkan pula, usaha tani rumput laut sudah menjadi penopang ekonomi masyarakat, utamanya masyarakat yang tidak bisa bekerja di sektor formal atau menjadi bekerja di sektor konstruksi di proyek-proyek pemerintah. “Daya beli masyarakat sangat tertolong usaha budidaya rumput laut,” ungkap Sidik. (002)