Transformasi Energi Hijau, Salah Satu Fokus Presidensi G20

Presiden Jokowi melakukan groundbreaking pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia, di Bulungan, Kaltara, Selasa (21/12/2021). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Transformasi menuju energi hijau merupakan salah satu fokus dalam Presidensi G20 Indonesia. Sejalan dengan itu, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pun mendorong B20 untuk berkontribusi dalam upaya mempercepat transformasi energi ini.

Hal tersebut disampaikannya saat membuka secara resmi Pertemuan Pendahuluan B20 atau B20 Inception Meeting 2022, secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/01/2022).

“Kami mengharapkan kontribusi B20 untuk mempercepat transformasi energi yang mulus, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat kecil,” ujarnya.

Solusi global dalam hal pendanaan dan kemitraan, imbuh Presiden, merupakan agenda yang harus menjadi perhatian utama termasuk alih teknologi untuk mendorong produksi berbasis ekonomi hijau.

“Potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi,” imbuhnya.

Kepala Negara mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 gigawatt, baik itu yang bersumber dari air, panas bumi, angin maupun matahari. Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang dibutuhkan untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.

“Kami kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga. Kami memastikan akan menyuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia. Namun, bukan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi,” tegasnya.

Presiden menjelaskan, hilirisasi nikel yang dimulai pada tahun 2015 di Indonesia telah memberikan dampak positif pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai ekspor, serta neraca perdagangan Indonesia.

Kepala Negara menjelaskan, saat ini nilai ekspor Indonesia meningkat sebesar 230 miliar Dolar AS yang sangat dipengaruhi oleh peningkatan ekspor besi baja. Ekspor besi baja di tahun 2021 mencapai 20,9 miliar Dolar AS, meningkat dari sebelumnya hanya 1,1 miliar Dolar AS di tahun 2014. Di tahun 2022, Presiden Jokowi memperkirakan nilai ekspor besi baja Indonesia dapat mencapai kisaran 28-30 Dolar AS.

“Setelah nikel, kita akan mendorong investasi di sektor bauksit, tembaga, dan timah,” ujarnya.

Lebih lanjut Presiden menyampaikan, mekanisme transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan yang dilakukan Pemerintah Indonesia akan tetap menjamin kepastian investasi. Pemerintah mendorong “pensiun dini” Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jawa dan Sumatra dan beralih ke energi baru terbarukan seperti geotermal dan solar panel.

“Kita akan membuka partisipasi di sektor swasta untuk berinvestasi di transisi energi ini. Saat ini, ada 5,5 gigawatt PLTU yang siap untuk program early retirement ini,” imbuhnya.

Kemudian, Pemerintah Indonesia juga telah melakukan dekarbonisasi di sektor transportasi dengan membangun mass urban transport, seperti LRT (Lintas Rel Terpadu) dan MRT (Moda Raya Terpadu) di Jakarta, serta mendorong investasi untuk pabrik mobil listrik.

Kita mengundang investasi yang bisa mendorong nilai tambah yang saling menguntungkan,” pungkasnya.

Turut mendampingi Presiden dalam acara tersebut yaitu Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasjid.

Sumber : Humas Sekretariat Kabinet | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: