Tujuh Tahun GMSSSKM, Ini yang Sudah Dikerjakan

Ketua GMSS-SKM Misman serahkan potongan tumpeng kepada Wakil Walikota Samarinda Rusmadi di acara syukuran HUT Ke-7 GMSSSKM di Posko GMSSSKM di Jalan Abdul Muthalib, Sabtu (24/09/2022). (Foto M Gofar)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Semalam di Posko Pungut Sampah Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSSSKM) dilangsungkan syukuran HUT Ke-7 GMSSSKM di Jalan Abdul Muthalib, Sungai Pinang Luar, Kecamatan Samarinda Kota.

HUT GMSSSKM sebetulnya jatuh tiap tanggal 21 September. Pada tahun-tahun sebelumnya acara syukuran dilaksanakan di sekolah sungai yang dikelola GMSSSKM di Muang Ilir, Lempake. Setelah agak vakum selama pandemi COVID-19,  syukuran HUT Ke-7, semalam dilaksanakan di Posko di Jalan Abdul Muthalib. Dari Pemerintah Kota Samarinda hadir Wakil Walikota Samarinda, H Rusmadi.

Seperti biasa, perempuan paling aktif di GMSSSKM, Ibu Keinan Hermanto, juga hadir bersama suaminya, Hermanto yang pensiunan pegawai Pemkot Samarinda. Misman yang Ketua GMSSSKM, meski kurang sehat, Sekretaris GMSSSKM, Mohammad Gofar juga hadir, termasuk Iyau yang bertanggungjawab atas pengelolaan Posko dan mengkoordinir kegiatan pungut sampah, serta relawan lainnya yang ingin mewujudkan menjadikan sungai Karang Mumus sehat dan bersih dari sampah.

Krisdiyanto dari GMSSSKM saat menerima penghargaan sebagai Komunitas Peduli Sungai dari Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono di Auditorium Kementerian PUPR, Jumat malam (7/12/2018). (foto Istimewa)

GMSSSKM yang sudah jadi badan hukum ini, diinisiasi Misman. Pemicunya tentu rasa pedulinya terhadap sungai, plus rasa jengkelnya terhadap warga yang masih membuang sampah ke sungai. Sedangkan Intoniswan yang didaulat sebagai Ketua Dewan Penasihat GMSSSKM yang lebih banyak mendesain atau konsep gerakan di lapangan, aktif karena ingin mengetes seberapa besar semangat gotong royong di masyarakat berpartisipasi membersihkan sungai dari sampah.

“Apabila sungai bersih dari sampah, maka laut dan delta Mahakam juga bersih dari sampah,” kata Intoniswan.

Gerakan awal dari GMSSSKM ini, fokus kegiatan adalah memberikan imbauan-imbauan ke warga yang masih tinggal di atas badan sungai tak lagi membuang sampah ke sungai, memungut sampah di permukaan sungai dan dilantai sungai saat air surut.

Tidak ada GMSSSKM menerima bantuan dari pemerintah, baik itu Pemerintah Kota Samarinda maupun Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Pendanaan murni dari swadaya masyarakat dan bantuan perorangan dari sejumlah anggota DPRD Kaltim dari dapil Samarinda, termasuk dalam hal ini yang pertama membantu adalah, H Saefuddin Zuhri.

Gerakan pungut sampah di sungai Karang Mumus. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

“Perahu untuk memungut sampah sumbangan dari Pak Saefuddin Zuhri. Uang beli perahu diambil dari Saefuddin abis salat dzuhur di Masjid Raya Darussalam Pasar Pagi,” kata Intoniswan.

Selanjutnya, bantuan perlengkapan memungut sampah, jaket keselamatan juga diberikan, H Andi Harun saat menjadi anggota DPRD Kaltim yang sekarang ini Walikota Samarinda, Agus Suwandy, anggota DPRD Kaltim.

Bantuan juga diberikan secara pribadi oleh Kepala Bidang Binamarga Dinas PUPR Kaltim, almarhum Joko Setiono. Juga ada sumbangan perahu lengkap dengan mesin 5 PK dari pasangan suami istri saat merayakan ulang tahun pernikahannya. Sedangkan Kanopi Posko disumbang Ibu Ros, pensiunan pegawai Dinas Pendidikan Kaltim.

“Stop sudah sumbangan dalam bentuk perahu dan mesin. Rumah ngak muat lagi menyimpan mesin ces. Iyau juga ngak kuat menjaga perahu di Posko, karena saat hari hujan, air hujan yang masuk ke parahu harus ditimba keluar agar perahu tak tenggelam,” kata Misman.

Aktifitas GMSSSKM bersama masyarakat menghijaukan dan merawat pohon yang sudah ditanam di riparian Sungai Karang Mumus (Foto GMSSSKM)

Data tentang sampah di tubuh sungai Karang Mumus sebelum ada GMSSSKM berdasarkan ada 12 jenis:

  • Bulu ayam dan ayam mati, isi perut ayam potong
  • Minyak goreng bekas
  • Olie bekas bengkel pergantian olie
  • Limbah buang air besar dan kecil
  • Limbah air rumah tangga
  • Bekas tempat makanan dan minuman dalam kemasan
  • Pampers
  • Kasur
  • Ranjang bekas
  • Kursi bekas
  • Lemari plastik
  • Ban bekas mobil dan motor

Saat Misman memulai gerakan “kegilaan”-nya memungut sampah di permukaan sungai,

ternyata  dapat sambutan sangat mengembirakan dari masyarakat, bahkan yang terdepan adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Perikanan Unmul, kemudian disusul mahasiswa IAIN, kini UIN Samarinda, SMA Katolik, pelajar dari berbagai sekolah, bahakn dari anak-anak PAUD dan gurunya.

GMSSSKM juga punya duo Srikandi, yaitu Ibu Keinan dan Dilla Chori, dua perempuan yang berani terjun ke sungai. Laki-laki yang juga “gila” membantu aksi pungut sampah dan menyusun konsep kegiatan adalah Krisdiyanto, Khairil Tanjung, dan yang pelaing berpengalaman adalah Bung Yustinus.

Saking banyaknya warga yang mau berpatisipasi memungut sampah, Iyau yang mengelola Posko terpaksa harus membuat daftar antrian bagi kelompok-kelompok masyarakat yang ingin memungut sampah sebab, perahu yang tersedia 4 buah tak cukup, apa lagi setiap turun ke sungai, juga harus dikawal keselamatannya.

Tubuh sungai Karang Mumus di segmen Muang Ilir. (Foto GMSSSKM)

Setelah melakukan sosialisasi dan memungut sampah di sungai selama 7 tahun, kini berdasarkan inventarisasi, sampah di tubuh sungai Karang Mumus setelah ada GMSSSKM  tinggal 6 macam yaitu:

  • Minyak goreng bekas
  • Olie bekas bengkel pergantian olie
  • Limbah buang air besar dan kecil
  • Limbah air rumah tangga
  • Bekas tempat makanan dan minuman dalam kemasan
  • Pampers

Daftar kegiatan yang sudah dikerjakan GMSSSKM selama 7 tahun adalah:

  • Pungut sampah di permukaan sungai Karang Mumus
  • Pungut sampah di lantai sungai Karang Mumus
  • Pembersihan hulu sungai Karang Mumus dari potong-potongan kayu bekas di
  • Penghijauan bantaran sungai Karang Mumus di Muang Ilir
  • Mendidikan Sekolah Sungai di Muang Ilir
  • Fasilitasi mahasiswa dalam menyusun skripsi terkait sungai Karang Mumus
  • Penyuluhan dan sosialisasi kebersihan dan kesehatan sungai ke sekolah-sekolah
  • Wisata susur Sungai Karang Mumus

Pada tahun 2016 Kementerian PUPR mengundang GMSSSKM mengikuti Lomba Komunitas Peduli Sungai Tingkat Nasional yang dilaksanakan di Banjarmasin. Penilaian tidak hanya pada aksi di lapangan, tapi meliputi juga program  dan realisisasi program. Dari 13 peserta, GMSSSKM ada di peringkat ke 7 nasional.

Dua tahun kemudian, secara berturut-turut, GMSSSKM yang dimotori wartawan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim ini menerima Penerima Penghargaan  Terbaik Ke-2 Komunitas Peduli Sungai Tingkat Nasional Tahun 2018 dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Misman di acara syukuran semalam mengatakan, sungai Karang Mumus sebagai sumber kehidupan aneka makhluk hidup  saat ini sudah cukup  terjaga dengan baik.  Ia juga berpengharapan, tidak semua tubuh sungai diturap, cukup di bagian ilirnya saja. Sedangkan di bagin ulu, dari Muang Ilir hingga ke pintu air waduk Benanga tidak diturap.

“Di bagian jangan diturap agr ada ruang  hidup  bagi biota sungai dan menjaga sungai tetap alami,” kata Misman yang dalam kondisi kurang fit berjuang melawan batu empedu yang dideritanya, namun tetap hadir dalam acara syukuran HUT ke-7 GMSSSKM.

Sementara itu Wakil Walikota Samarinda Rusmadi Wongso  dalam sambutannya mengatakan, apabila bicara soal sungai adalah bicara soal kehidupan.

Aktifitas GMSSSKM bersama masyarakat menghijaukan dan merawat pohon yang sudah ditanam di riparian Sungai Karang Mumus (Foto GMSSSKM)

“Bagaimanapun peranan sungai sangat penting dan sebagai sumber kehidupan. Tidak ada kota Samarinda jika tidak ada Karang Mumus. Ini adalah berkah Allah, dan sudah menjadi kewajiban bagi kita yang tinggal berdampingan dengan Karang Mumus ini agar tetap terjaga dan mengalir,” ucap Rusmadi.

Sungai Karang Mumus wajib dipelihara dan diurusi sebab, jika tidak diurus dengan baik akan memberikan dampak yang sangat luar biasa, antara lain dampak banjir yang sering dirasakan warga Samarinda.

“Kita patut bersyukur, bukan hanya saja pemerintah kota, tetapi juga pemerintah provinsi dan pemerintah pusat  komitmen memastikan sungai Karang Mumus bisa berfungsi dengan baik. Ini satu kolaborasi yang sangat luar biasa, ditambah didukung dan kerja kerja kawan-kawan GMSS-SKM, pemerhati lingkungan untuk mewujudkan sungai Karang Mumus sebagai sumber kehidupan makhluk Allah,” Kata Rusmadi yang pada saat masih menjabat Sekda Provinsi Kaltim menyumbangkan satu buah perahu untuk dimanfaatkan relawab GMSS-SKM memungut sampah di sungai.

Dalam acara yang di gelar penuh keakraban ditandai dengan pemotongan tumpeng HUT Ke-7 GMSSSKM  oleh Ketua GMSS-SKM Misman diserahkan kepada Wakil Walikota Samarinda Rusmadi.

Ibu Keinan bersama suami, H Hermanto yang aktif membantu GMSSSKM bersama Ketua GMSSSKM, Wakil Walikota Samarinda, Rusmadi dan aktivis peduli lingkungan kota Samarinda. (foto M Gofar)

Sedangkan tumpeng yang dipotong Rusmadi, selain diserahkan ke Misman juga diserahkan ke Misman, dan  Ibu Keinan, disaksikan undang yang hadir antara lain Kepala Dispora Kaltim Agus Tianur, Camat Samarinda Kota, Anis Siswantini, aktivis Lingkungan, BEM Unmul.

[ADV Diskominfo Samarinda | Intoniswan]

Tag: