Uni Eropa Rencanakan Larang Impor Minyak Rusia

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen [Foto: AP Photo/Jean-Francois Badias]
BRUSSEL.NIAGA.ASIA – Uni Eropa mengusulkan langkah paling keras sejauh ini terhadap Rusia, termasuk larangan total impor minyak dan sanksi atas dugaan kejahatan perang.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan langkah itu ditujukan untuk memaksimalkan tekanan terhadap Rusia dan meminimalkan dampak buruk terhadap Eropa.

Minyak mentah Rusia akan dihapus dalam waktu enam bulan, katanya.

Langkah Uni Eropa ini diumumkan setelah akhir bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan negara manapun yang mencoba mengintervensi perang di Ukraina akan menghadapi balasan “secepat kilat”.

“Kami memiliki semua peralatan yang tidak dibanggakan oleh siapapun. Kami akan menggunakannya jika diperlukan,” kata Putin.

Pemimpin Rusia itu menambahkan semua keputusan terkait balasan seperti apa yang akan mereka lakukan, sudah dibuat. Tapi, dia tidak memberikan rinciannya.

Ancaman Putin muncul setelah para sekutu Ukraina meningkatkan pasokan bantuan senjata, bahkan AS berjanji untuk memastikan Ukraina akan mengalahkan Rusia.

Langkah Uni Eropa yang diumumkan juga termasuk sanksi baru terhadap pejabat militer Rusia yang terlibat dalam dugaan kejahatan perang di Bucha dan Mariupol.

“Langkah ini merupakan pesan penting ke semua pelaku dalam perang Kremlin. Kami tahu, siapa Anda, dan Anda harus bertanggung jawab,” kata von der Leyen di depan Parlemen Eropa, Rabu (04/05).

Uni Eropa selama beberapa minggu terakhir membicarakan bagaimana melepaskan diri dari ketergantungan dari minyak dan gas Rusia. Uni Eropa sebelumnya menyatakan akan mengurangi impor gas sebanyak sepertiga pada akhir 2022 dan kini merencanakan akan mengakhiri impor minyak mentah dalam enam bulan serta produk-produk turunan pada akhir 2022.

Langkah Uni Eropa yang diumumkan juga termasuk sanksi baru terhadap pejabat militer Rusia yang terlibat dalam dugaan kejahatan perang di Bucha dan Mariupol.

“Langkah ini merupakan pesan penting ke semua pelaku dalam perang Kremlin. Kami tahu, siapa Anda, dan Anda harus bertanggung jawab,” kata von der Leyen di depan Parlemen Eropa, Rabu (04/05).

Uni Eropa selama beberapa minggu terakhir membicarakan bagaimana melepaskan diri dari ketergantungan dari minyak dan gas Rusia. Uni Eropa sebelumnya menyatakan akan mengurangi impor gas sebanyak sepertiga pada akhir 2022 dan kini merencanakan akan mengakhiri impor minyak mentah dalam enam bulan serta produk-produk turunan pada akhir 2022.

Rusia Anggota OPEC +

Pada 2016, ketika harga minyak sangat rendah, OPEC dan 10 negara produsen minyak yang belum bergabung dengan asosiasi itu mendirikan OPEC+. Salah satu negara yang bergabung saat itu adalah Rusia, yang juga memproduksi lebih dari 10 juta barel per hari.

Seluruh anggota OPEC+ menghasilkan sekitar 40% dari semua minyak mentah dunia.

“OPEC+ menyesuaikan penawaran dan permintaan untuk menyeimbangkan pasar,” kata Kate Dourian, dari Energy Institute.

“Mereka menjaga harga tetap tinggi dengan menurunkan pasokan ketika permintaan minyak merosot,” tuturnya.

OPEC+ juga dapat menurunkan harga dengan menempatkan lebih banyak minyak ke pasar, sebagaimana diinginkan oleh importir besar seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Pada musim semi 2020, ketika Covid-19 menyebar ke seluruh dunia dan banyak negara menutup perbatasan, harga minyak mentah jatuh karena jumlah pembeli menurun drastis.

“Produsen membayar orang untuk mengambil minyak dari tangan mereka, karena mereka tidak memiliki cukup ruang untuk menyimpan semuanya,” kata Dourian.

Sejak saat itu, anggota OPEC+ sepakat memangkas produksi sebesar 10 juta barel per hari demi untuk mendorong harga minyak kembali naik.

Pada Juni 2021, ketika permintaan minyak mentah mulai pulih, OPEC+ mulai secara bertahap meningkatkan pasokan, menempatkan tambahan 400.000 barel per hari ke pasar dunia.

Saat ini mereka memasok nyaris kurang dari dua setengah juta barel minyak per hari dibandingkan pada musim semi tahun 2020.

Ketika Rusia menginvasi Ukraina, harga minyak mentah melonjak hingga lebih dari $100 (Rp1,4 juta) per barel. Hal ini menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM di SPBU berbagai negara secara signifikan.

“Ketika OPEC+ memangkas pasokan sebesar 10 juta barel per hari pada Mei 2020, mereka memotong terlalu banyak,” kata David Fyfe, kepala ekonom di Argus Media.

“Sekarang mereka sangat lamban meningkatkan pasokan dan tidak memperhitungkan efek dari krisis Rusia-Ukraina,” ujarnya.

Menurut Fyfe, saat ini muncul ketakutan di antara importir minyak mentah bahwa Uni Eropa akan mengikuti AS dan memberlakukan embargo pada impor minyak dari Rusia.

Eropa saat ini mengimpor lebih dari dua setengah juta barel minyak mentah per hari dari Rusia.

“Ancaman embargo minyak Rusia telah membuat pasar cemas karena dapat menyebabkan tekanan besar pada jumlah pasokan,” tuturnya.

Mengapa OPEC+ tidak meningkatkan produksi minyak?

Presiden AS, Joe Biden, berulang kali mengimbau Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyaknya. Namun permintaan Biden tidak berhasil.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, juga meminta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk meningkatkan produksi. Permintaan itu juga bertepuk sebelah tangan.

“Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memiliki cadangan minyak, tapi mereka menolak meningkatkan jumlah produksi. Mereka tidak ingin didikte oleh Barat,” kata Kate Dourian.

“Mereka mengatakan bahwa kesenjangan antara pasokan dan permintaan menyempit dan harga minyak yang tinggi hari ini hanya mencerminkan kepanikan dari importir,” tuturnya.

Negara-negara anggota OPEC+ lainnya merasa sulit untuk meningkatkan produksi minyak mereka.

“Produsen seperti Nigeria dan Angola telah mengurangi kuota produksi sebesar satu juta barel per hari selama setahun terakhir,” kata David Fyfe.

“Investasi turun selama pandemi dan kilang minyak di beberapa lokasi belum terpelihara dengan baik. Mereka sekarang merasa tidak dapat benar-benar meningkatkan produksi secara penuh,” ujarnya.

OPEC+ juga harus menghormati keinginan Rusia karena negara ini merupakan satu dari dua mitra terbesar dalam aliansi tersebut.

“Rusia senang dengan harga pada tingkat ini. Mereka tidak akan mendapatkan keuntungan apapun jika harga turun,” kata Carole Nakhle, CEO Crystol Energy.

“OPEC ingin menjaga hubungan baik dengan Rusia, jadi mereka kemungkinan besar akan melanjutkan kesepakatan yang mereka buat tahun lalu, yaitu meningkatkan pasokan minyak mentah secara bertahap sejak saat ini hingga September nanti,” ujar Nakhle.

**) Artikel ini bersumber dari BBC News Indonesia yang sudah tayang dengan judul “Perang Ukraina: Uni Eropa rencanakan larang minyak Rusia dan berlakukan sanksi terkait dugaan kejahatan perang 

Tag: