Unjuk Rasa di Jayapura, Diwarnai Aksi Pembakaran, Penjarahan dan Pengrusakan Fasilitas Umum

aa
Seorang anggota aparat keamanan yang terluka dalam kericuhan di Kabupaten Deiyai, Papua, dilarikan ke sebuah rumah sakit di Timika, Kamis (29/08). (Hak atas foto SEVIANTO PAKIDING/AFP Image caption)

JAYAPURA.NIAGA.ASIA-Unjuk rasa anti-rasisme di Jayapura, Papua, Kamis (29/08), diwarnai aksi pembakaran dan penjarahan fasilitas umum, pertokoan, serta kendaraan pribadi, demikian keterangan saksi mata. Enggel Woly, wartawan di Kota Jayapura melaporkan aksi unjuk rasa berujung pembakaran pertokoan, rumah warga, kendaraan, hingga gedung seperti kantor pos dan Telkom.

“Di terminal itu saya hitung ada sekitar 10 mobil plat hitam, lalu angkot itu tiga, dan motor itu sudah puluhan,” katanya melalui sambungan telepon, kepada BBC News Indonesia, Kamis (29/08).

“Kios-kios kecil itu barangnya juga dijarah. Jadi mereka lempar hancur, pintunya dibongkar, barang-barangnya diambil,” tambah Enggel. Enggel mengatakan, untuk kawasan di pusat kota, jaringan telepon dan SMS sudah tidak berfungsi.

Ia menambahkan, kepolisian sempat menghalau massa dengan memberikan tembakan peringatan.  Tapi kemudian aparat keamanan memilih untuk menjaga bangunan-bangunan penting, seperti Pom Bensin, dan gedung Bank Papua.

Saat ini, sebagian massa sudah berkumpul di depan gedung DPR Papua. “Sebagian massa masih berjalan dari arah Abepura dan lain masih berjalan. Mereka juga bakar Papua Trade Center,” jelas Enggel.

Ia sempat bertanya kepada salah satu koordinator aksi. Tuntutannya adalah penangkapan pelaku aksi rasial terhadap mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu. “Permintaan mereka itu pada gubernur, rasisme itu oknum ditangkap,” katanya.

Gedung MRP dibakar sekelompok orang

Sebelumnya, aksi massa yang melibatkan ribuan orang diwarnai pembakaran gedung Majelis Rakyat Papua (MRP), kata seorang pejabat keamanan. Unjuk rasa di Jayapura dan sekitarnya merupakan demonstrasi terbaru menentang insiden dugaan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dua pekan lalu.

aa
 Aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, diwarnai aksi lempar batu, pembakaran dan pengrusakan fasilitas umum, Kamis (29/08).  (Hak atas foto Tribunnews/Banjir Ambarita Image caption)

Sebelumnya, unjuk rasa di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu, berakhir ricuh setelah terjadi bentrokan aparat keamanan dengan massa pengunjukrasa, yang menewaskan dua orang pengunjukrasa dan seorang anggota TNI.

Laporan-laporan yang diterima BBC News menyebutkan, unjuk rasa di Jayapura dan sekitarnya, Kamis, mengakibatkan aktivitas masyarakat di kota itu lumpuh sejak Kamis pagi. Disebutkan pula unjuk rasa itu diwarnai aksi pembakaran Gedung MRP di Jalan Kora Raja, Abepura.

Belum diketahui siapa pelaku pembakaran, namun pejabat TNI di Papua membenarkan informasi yang menyebut bahwa Gedung MRP telah dibakar oleh sekelompok orang. “Ya, sementara informasinya begitu,” kata Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Eko Daryanto kepada wartawan Muhammad Irham untuk BBC News Indonesia, Kamis (29/08).

Eko menambahkan, apa yang ia sebut ‘anarkis’ adalah aksi massa melempar ke arah aparat, dan sejumlah kendaraan. “Ada informasi juga membakar MRP. Tapi dari sisi mana yang terbakar, keseluruhan, kita belum tahu kondisinya di lapangan,” katanya menegaskan kembali.

TNI, kata Eko, akan mengedepankan pengamanan secara persuasif. Pengamanan juga difokuskan pada pangkalan-pangkalan TNI, karena ribuan pengunjukrasa bergerak di jalan utama.

“Kita stand by kan kita juga lebih fokus untuk mengamankan pangkalan-pangkalan (TNI) ini, karena banyak pangkalan kita.. itu kan rute jalan utama,” tambahnya. TNI saat ini masih berjaga untuk menjadi lapis kedua keamanan dari kepolisian. TNI kita tetap membackup kepolisian,” jelas Eko.

‘Kota Jayapura lumpuh sejak Kamis pagi’

Unjuk rasa menentang dugaan rasialisme terhadap masyarakat Papua digelar sejak pagi di kota Jayapura, Papua sejak Kamis (29/08) pagi. Ribuan orang bergabung dalam demonstrasi ini.  Sebagian mengendarai sepeda motor dan lainnya berjalan kaki, massa pengunjukrasa berbondong-bondong memadati jalur utama, seperti dilaporkan wartawan Enggel Woly di Jayapura untuk BBC News Indonesia.

“Massa dikawal ketat oleh pihak keamanan TNI/Polri. Mereka menggunakan fasilitas mereka, water canon satu unit, beberapa unit dalmas empat sampai lima. Dan pasukan lain yang berjalan dengan massa,” kata Enggel.

aa
Suasana di salah-satu sudut di Lapas Sorong, Papua Barat, yang dibakar oleh sebagian narapidana menyusul unjuk rasa yang berakhir rusuh di kota itu, Rabu (21/08) lalu.  (Hak atas foto AWA KIRAYA/AFP Image caption)

Menurut Enggel, rombongan pengunjukrasa merupakan massa yang berasal dari Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. “Mereka kumpul di Waena, lalu bergerak ke arah Universitas Cendrawasih. Dan mengarah ke pusat kota di Kota Jayapura,” katanya.

Enggel melanjutkan seluruh aktivitas masyarakat di Kota Jayapura lumpuh sejak pagi. “Toko-toko sudah semua tutup, perbankan, semua tutup, termasuk pasar. Sekolah mereka pagi ada, tapi dipulangkan lebih awal,” katanya.

Ribuan pengunjuk rasa menyuarakan tuntutan yang serupa dengan aksi-aksi unjuk rasa sebelumnya, meminta pengungkapan kasus dugaan rasialisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur pada pertengahan Agustus lalu.

Kerusuhan di Papua Barat, polisi tetapkan delapan Tersangka

Sementara itu, kepolisian Papua Barat mengeklaim wilayahnya ‘bersih’ dari aksi unjuk rasa hari ini, Kamis (29/08). Juru bicara Polda Papua Barat, Mathias Krey mengatakan, semua aktivitas masyarakat berjalan seperti biasanya.

“Sorong, Fak Fak, dan Manokwari aman-aman, semua kondusif,” kata Mathias melalui sambungan telepon, Kamis (29/08). Mathias menambahkan, kepolisian telah menetapkan 8 tersangka dari sejumlah aksi unjuk rasa solidaritas anti-rasialisme yang berakhir ricuh sejak Senin (19/08) hingga Rabu (21/08).

Dalam kericuhan yang terjadi di Manokwari 19 Agustus lalu, polisi menetapkan tujuh tersangka. “Dan di Sorong, satu tersangka,” kata Mathias. Para tersangka dijerat dengan pasal pengrusakan fasilitas umum, pembakaran bendera, “Kemudian, pengrusakan dan penjarahan ATM Bank BNI.”

Kepolisian Papua Barat juga mencatat dari kericuhan yang terjadi belakangan ini, hanya ada 1 korban luka warga sipil. “Hanya ada satu yang di Fakfak itu saja. Tapi sudah pulih, sudah sehat. Sudah kondusif,” kata Mathias.

Untuk mengantisipasi adanya unjuk rasa susulan, Kepolisian dan TNI telah memetakan wilayah di Papua Barat dengan menyebarkan pasukannya di titik-titik rawan unjuk rasa.  “Kalau di Manokwari, itu di Amban. Itu pusat mahasiswa yang kemarin mereka melaksanakan demo. Jadi di situ jadi titik rawan, kemudian di pusat kota,” jelas Mathias.

Berita ini akan terus diperbaharui.

Berita ini sepenuhnya disadur dari situs berita BBC News Indonesia.

 

Tag: