Untung Basuki, Guru Besar Teater Kaltim

Untung Basuki bersama murid-murid dan cucu-cucu muridnya dari Samarinda. (Foto Istimewa)

RAMBUT dan jenggotnya yang panjang sudah memutih semua. Keriput wajahnya pun tak bisa mendustai kalau lelaki itu telah berusia 74 tahun lebih. Di antara tanda-tanda usia yang telah menua itu, suaranya masih jernih dan terkadang menggelegar.

Dialah  Untung Basuki, seniman teater yang telah menggoreskan sejarah teater modern di Kaltim sejak tahun 1978 lalu. Mas Untung Basuki– kerap disapa– sejak tahun itu, menebar ‘racun’ teater di kalangan praktisi teater sekolah dan kampus atas undangan Ketua Dewan Kesenian Samarinda (DKD) Achmad Rizani Asnawi (almarhum).

Murid utama maestro teater WS Rendra ini datang dan mengajarkan dasar-dasar teater (prev, olahtubuh, vokal, imajinasi, ekspresi, improvisasi dan lainnya) selama tiga bulan kepada peserta Kursus Teater DKD, di antaranya Mugni Baharuddin, Syafruddin Pernyata, Ismunandar, Hamdani, Wawan Timur, Syamsul Khaidir, Joni Rachman, Hadir dan lainnya.

Tempat latihanpun berpindah, terkadang di aula Bappeda Kaltim, ruangan kelas di PGA (sekarang MAN) bahkan di pinggir Sungai Mahakam.

Latihan teater yang diterapkan Untung Basuki itu dikenal sangat disiplin dan menggunakan metode latihan Bengkel Teater Rendra, namun dilakoni dengan serius oleh para peserta.

Untung Basuki bersama muridnya Wawan Timor. (Foto Hamdani/Niaga.Asia)

Waktu tiga bulan itu terasa belum cukup. Tahun 1979, kembali DKS mendatangkan Untung Basuki. Latihan berlanjut hingga tahun 1981. Sejumlah pementasan panggung dan televisi digelar. TVRI Balikpapan kala itu membuatkan mata acara ‘Gelanggang Remaja’ yang kontennya tentang belajar teater.

Selanjutnya Untung Basuki yang kerap terlibat dalam pentas-pentas besar Bengkel Teater Rendra dalam dan luar negeri mengaku senang bisa melatih teater di Kaltim.

“Saya senang dengan dengan murid-murid yang saya latih dulu. Kini mereka sudah sedemikian rupa mengembangkan teater ke seluruh Kaltim. Saya kaget ketika murid-murid saya punya murid-murid dan murid-murid muridnya punya murid lagi. Jadi kalau diurut-urut saya sudah punya cicit murid teater di Kaltim,” ucap Untung Basuki tertawa tergelak waktu bertemu di Solo, Sabtu (03/12/2022).

Di samping rasa senang, Untung Basuki juga mengungkapkan rasa bangganya kepada para murid, cucu murid dan cicit murid yang telah meraih prestasi di bidang teater.

“Meski murid saya yang masih aktif di teater hingga sekarang tinggal Hamdani dan Wawan Timur, tapi mereka berdua mampu berprestasi dan murid-muridnya pun demikian,” kata Untung Basuki yang kini menjadi dedengkot Sanggar Bambu Yogyakarta.

Di Solo, Untung Basuki menyaksikan pentas ‘Geger’ Teater Matahari di Pendopo ISI Surakarta. Hampir semua pendukung ‘Geger’ murid dan cucu muridnya. Usai pementasan, Untung Basuki menyampaikan rasa bangganya.

“Saya senang menyaksikan pentas ini, meski beberapa koreksi harus Saya sampaikan kepada sutradara agar pementasan selanjutnya menjadi lebih baik,” ujar Untung Basuki yang dipanggil ‘guru besar’ oleh murid-muridnya.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan

Tag: