Update Korban Meninggal Tsunami Selat Sunda 430 Orang, 159 Hilang

aa
Salah-satu desa di Lampung Selatan yang hancur disapu tsunami, dan warga desa yang kehilang rumahnya mengumpulkan kembali baramg-barang pribadi milik keluarga pada Senin, 24 Desember 2018. (Muhammad A.F/Anadolu Agency/Getty Images/BBC News Indonesia)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hingga Rabu (26/12) per pukul 13.00 WIB jumlah korban meninggal tsunami Selat Sunda di Banten dan Lampung mencapai 430 orang.

“Sampai hari keempat, tercatat 430 meninggal dunia, 1.495 korban luka, dan 159 orang masih hilang,” kata Sutupo saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu siang. Adapun jumlah korban yang masih mengungsi mencapai 21 ribu orang. Sutopo mengakui jumlah pengungsi terus mengalami kenaikan.  “Tambahan pengungsi karena adanya titik evakuasi yang berhasil ditata dan dilaporkan,” kata Sutopo.

Sejauh ini Kabupaten Pandeglang di Banten jadi wilayah yang paling parah terdampak tsunami. Wilayah lain yang terdampak adalah Kabupaten Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Tsunami di Selat Sunda diyakini dipicu oleh longsor oleh bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau yang ada di tengah laut.  Tsunami datang tanpa peringatan dini dan tanda-tanda alam seperti surutnya air laut di pantai.  Sampai saat ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika masih mengimbau warga untuk tidak beraktivitas di kawasan pesisir terutama di Selat Sunda.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB itu, bencana tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam itu berdampak pada pada 5 (lima) kabupaten, yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banteng, Kabupaten Lampung Selatan, Pesawan dan Tenggamus di Provinsi Lampung.

Selain korban jiwa, kerusakan umum antara lain 882 unit rumah, 60 warung/toko rusak, 434 perahu/kapal rusak, dan 24 kendaraan rodan 4 rusak. “Banyak juga jalan dan jembatan yang rusak akibat terjangan tsunami yang menghambat akses distribusi dan tim evakuasi melakukan pencarian,” terang Sutopo.

Di luar perkiraan

Tsunami di selat Sunda di luar Perkiraan, Presiden Jokowi Minta BMKG Beli Alat Sistem Peringatan Dini, sehingga masyarakat tidak memiliki kesiapan untuk menyelamatkan diri. Ia menyebutkan, biasanya peringatan akan potensi terjadinya tsunami dapat dikeluarkan dengan terlebih dahulu menganalisis secara cepat data gempa yang sebelumnya terjadi. Namun, tidak demikian halnya kali ini yang tanpa didahului oleh peristiwa gempa.

“Ke depan saya sudah perintahkan juga ke BMKG untuk membeli alat-alat early warning system yang bisa memberikan peringatan-peringatan secara dini kepada kita semua sehingga masyarakat bisa waspada,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan di sela-sela peninjauannya ke beberapa lokasi terdampak bencana tsunami, di Pandeglang, Banten, Minggu (24/12) pagi.

Mengenai banyaknya jumlah korban yang ditimbulkan dari bencana tsunami di Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam, Presiden Jokowi mengaku telah menginstruksikan jajaran terkait untuk memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan. Upaya ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan pengetahuan sejak dini terkait kebencanaan sehingga dapat meminimalisir jumlah korban. “Sudah saya perintahkan (memasukkan pendidikan kebencanaan ke kurikulum),” sambung Presiden.

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Sementara itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM, dalam siaran persnya Minggu (22/12) menyebutkan, tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material Gunung Anak Krakatau (flank collapse) khususnya di sektor selatan dan barat daya.“Masih diperlukan data tambahan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berperan,” tulis siaran pers itu.

aa
Bersama anjing pelacak, tim kepolisian yang ditugasi melacak korban meninggal dunia akibat disapu tsunami, di kawasan Tanjung Lesung, Provinsi Banten. (Foto Eko Siswono Toyudho/Anadolu Agency/Getty Images/BBC News Indonesia)

Menurut PVMBG, tsunami yang terjadi adalah kasus yang spesial dan jarang terjadi di dunia, serta masih sangat sulit untuk memperkirakan kejadian partial collapse pada suatu gunungapi. Untuk itu, pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda baik dengan pemasangan peralatan pemantau (stasiun pasang surut di Pulau sekitar G. Anak Krakatau dan/atau BUOY) maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh, sangat diperlukan.

Hingga saat ini, lanjut PVMBG, erupsi G. Anak Krakatau masih berlangsung menerus. Untuk ituPVMBG mengimbau masyarakat di pesisir barat Banten dan pesisir selatan Lampung agar tetap waspada, dan untuk sementara waktu tidak beraktivitas di wilayah yang terlanda tsunami hingga kondisi memungkinkan.

Catatan BNPB

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, ada tiga fenomena langka yang terjadi di tahun 2018 yang menimbulkan jiwa dan kerugian ekonomi yang begitu besar. Tiga kejadian itu adalah gempa di Nusa Tenggara Barat, gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, dan tsunami di Selat Sunda.

Ditinjau dari korban dan kerugiannya, kejadian yang paling besar selama 2018 adalah gempa yang diikuti oleh tsunami dan likuefaksi di Sulawesi Tengah. “Kejadian ini menyebabkan 2.101 meninggal dunia, 1.373 orang hilang, luka-luka 4.438, pengungsi 221.450 orang, rumah rusak 68.451 unit, kerugian dan kerusakan Rp 18,47 triliun rupiah,” kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).

Kejadian terbesar kedua adalah gempa beruntun di Lombok dan Sumbawa. Menurut catatan BNPB, akibat gempa ini 553 orang meninggal dunia, 1886 luka-luka, 11.510 orang mengungsi, 149.715 rumah rusak dan kerugian ekonomi mencapai Rp 17,13 triliun. Paling baru adalah tsunami yang terjadi di Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018).

Tsunami ini tergolong fenomena yang langka karena dipicu oleg longsoran bawah laut dan erupsi Gunung Anak Krakatau. Data sementara BNPB, sebanyak 430 orang meninggal dunia karena kejadian ini. Sementara kerugian ekonomi masih dalam pendataan. Jumlah korban tersebut meliputi di 5 kabupaten terdampak, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus. “Kalau kita lihat perbandingannya, di kerugiannya tidak akan melebihi dampak bencana yang terjadi di NTB dan Sulteng. Penanganan masih terus kita lakukan,” ujar Sutopo.

Sumber: dari berbagai sumber