KUTAI BARAT.NIAGA.ASIA – Sarana infrastruktur diberbagai kabupaten di Kalimantan Timur masih menjadi keluhan masyarakat yang mendominasi. Tidak terkecuali di Kabupaten Kutai Barat, dan Mahakam Ulu. Bahkan, keganjilan di sektor pertanian. Itu terungkap saat kunjungan Veridiana Huraq Wang, dalam reses perdana tahun 2020.
Hal pertama yang dia temukan saat dalam perjalanannya dari Samarinda bertolak menuju ke Dapilnya itu, tidak sedikit dia jumpai aksebilitas jalan yang rusak parah. Terutama, pada jalur sekitar Perian dan Resak, di Kecamatan Siluq Ngurai hingga sekitar daerah Kem Baru.
Selain itu, anggota DPRD Kaltim Fraksi PDIP ini menyebutkan, ketimpangan terlihat jelas, terutama di daerah Rapak Oros, dan Kampung Linggang Amer, di Kecamatan Linggang Bigung, Kubar.
“Secara umum keluhan masyarakat belum terbangunnya sarana infrastruktur,” kata Veridiana, saat dikonfirmasi Rabu (19/2).
Kemudian, selain infrastruktur dasar, masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai nelayan, juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan ikan yang berasal dari alam.
“Ikan alam sudah mulai langka, kelangkaan tersebut kemungkinan banyak ikan predator. Masyarakat biasanya menyebut ikan toman, sejenis ikan harian tapi lebih ganas. Perlu ada pengendalian secara terstruktur mengenai hal itu nanti,” tuturnya.
Di sektor pertanian, terutama di areal sawah Rapak oros, Veridiana juga memberi perhatian khusus. Pada tahun 2012 lalu, areal sawah Rapak Oros dicetak seluas 720 hektare.
Namun yang bisa garap dan ditanami hingga 2018 hanya 62 hektare. Penyebabnya karena belum jelasnya kepemilikan lahan seluas 720 hektare itu.
“Apalagi tahun 2022 Kutai Barat akan menjadi tuan rumah Pekan Tani Daerah (Petda). Kutai Barat memiliki lahan pertanian yang luasnya sekitar 20.000 hektare, yang tersebar di beberapa kecamatan. Khusus di Rapak Oros, ada ratusan hektar belum tergarap karena beberapa kendala,” ungkapnya.
Kendala-kendala tersebut antara lain, termasuk akses masuk areal yang belum memadai. Begitupun alat percetakan sawah yang dimiliki petani masih tradisional.
“Dari hal tersebut masyarakat mengusulkan alat yang sudah mekanis dan modern antara lain traktor untuk lahan basah, sekaligus untuk percetakan sawah. Juga, mesin perontok padi, blower benih padi dan lainnya,” jelas Veridiana.
Kemudian, sejak 2018, Rapak Oros telah memiliki bendungan besar untuk pengairan dan irigasinya. Diketahui pula, waduk tersebut merupakan aset Pemprov Kaltim, dengan debet air yang cukup stabil untuk memenuhi kebutuhan persawahan.
“Tapi kendalanya, belum ada jalur pipa untuk mengalirkan air ke sawah-sawah. Yang aneh juga, ada bantuan Pemprov tapi tidak terintegrasi dengan kebutuhan petani. Semisal ada mesin perontok padi skala besar di Kampung Penawai, sementara di situ tidak ada sawah. Begitu juga ada blower benih padi di Kecamatan Long Iram, tapi di situ tidak ada sawah. Ini salah satu kebijakan yang tidak terkoneksi dengan kebutuhan daerah,” ungkap Veridiana.
Oleh karena itu, sekembalinya masa reses, dia menjanjikan akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait. “Saya segera akan memanggil Dinas Pertanian Provinsi Kaltim untuk koordinasi,” tutup Veridiana. (009)