Wabah Virus Corona, Perekonomian Kaltim Tidak Berdampak Signifikan

aa
Ilustrasi (istimewa/net)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Sebaran Virus Corona menjangkit sekitar 27 ribu orang di China, dan menewaskan tidak kurang 500 orang. Bank Indonesia memperkirakan, kondisi itu tidak berdampak signifikan bagi perekonomian Kalimantan Timur. Terlebih lagi, China masih memerlukan batubara dan CPO dari Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur tetap kuat didorong oleh kinerja sektor pertambangan yang membaik. Melanjutkan kinerja positif pada tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan tahun 2019 tetap kuat dengan tumbuh sebesar 4,77%. Angka itu, lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 yang tumbuh sebesar 2,67%.

“Dampak paling terasa (dari sebaran virus Corona) itu secara umum kan sektor pariwisata. Pariwisata dari China di Kaltim ini masih sangat kecil,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltim Tutuk S.H Cahyono, saat bertemu wartawan di Samarinda, kemarin.

Dengan begitu, menurut Tutuk, dampak sebaran virus di China itu, dirasakan masih sangat minim dalam waktu dekat ini. “Tentu, kalau ini vaksin-nya cepat ditemukan, akan pulih kembali,” ujar Tutuk.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltim Tutuk S.H Cahyono. (Foto : Niaga Asia)

“Kalau tidak cepat ditemukan (vaksin), dan kalau ada proyek konstuksi di Kaltim dan memerlukan tenaga dari China dan tidak boleh ke sini atau apakah ada penggantinya nanti, SDM dari Indonesia? Seperti teknisi, dan profesional kita,” terang Tutuk.

Namun demikian, kondisinya akan berbalik dalam jangka panjang. “Kalau tidak ada (vaksin), saya tidak tahu kedepan seperti apa. Proyek kan belum banyak di Kaltim. Menurut saya, dampak masih terbatas, tidak signifikan bagi Kaltim,” terang Tutuk.

Tutuk juga menyinggung soal ekspor batubara dan Crude Palm Oil (CPO) dari Kalimantan Timur, yang masib diperlukan oleh China, untuk mengoperasikan sejumlah pembangkit listrik di negeri tirai bambu itu.

“Sekali lagi, tidak pengaruh (bagi Kaltim), sepanjang kita tetap diperlukan. Namanya batubara, mereka (China) tetap menginginkan (suplai) agar listrik tetap menyala. Juga, CPO itu kan untuk keperluan kosmetik, dan minyak goreng,” jelas Tutuk. (006)