Wabup :  Stok Bahan Pokok Jelang Nataru di Berau Cukup

Wabup Berau, Gamalis bersama Kepala Disperindagkop Berau, Salim, melakukan sidak ke beberapa agen sembako dan Bulog, guna memastikan ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok menjelang Nataru mencukupi, Rabu (8/12) siang. (foto Rita Amelia/Niaga.Asia)

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA-Wakil Bupati Berau, Gamalis bersama Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Berau, Salim melakukan sidak ke beberapa gudang agen sembako di sekitaran Kelurahan Tanjung Redeb dan Kelurahan Rinding dan gudang Bulog untuk memastikan stok bahan pokok tersedia dalam jumlah cukup untuk  keperluan natal 2021 dan tahun baru 2022.

“Kita datangi 5 agen besar penyedia sembako untuk mengecek stok kebutuhan dasar seperti beras, gula, minyak dan tepung. Dari hasil sidak itu stok yang dilaporkan masing-masing agen aman sampai akhir tahun, khususnya menghadapi Nataru ini. Kalau di Bulog malah stok beras kita masih aman sampai 6 bulan kedepan,” jelas Wabup Berau, Gamalis, ditemui usai sidak, Rabu (8/12) siang.

Sedangkan untuk harga sembako sendiri seperti gula, beras dan tepung, dikatakan Gamalis masih relatif stabil. Hanya  harga minyak goreng naik sejak bulan lalu.

“Memang ada kenaikan harga minyak, kenaikan  tergantung jenis atau merek masing-masing, dimana untuk merek khusus Bimoli kenaikannya terlihat jelas yakni dari Rp 17 ribu menjadi Rp 20 ribu per liternya. Sedangkan yang lainnya mengalami kenaikan dibawah seribu rupiah,” ungkapnya.

Dari data Disperindagkop sejak akhir November 2021 lalu, untuk harga beras mulai dari Rp 12 ribu sampai Rp 14 ribu per kilogramnya, gula pasir di harga Rp 13.500 per kilogram, dan tepung Rp 11 ribu per kilogram.

Sedangkan harga daging sapi Rp 145 ribu per kilogram, ayam boiler Rp 34.500 ribu per kilogram, ayam kampung Rp 67.500 per kilogram, telur ayam boiler Rp 23.467 ribu per kilogram, dan telur ayam kampung di harga Rp 46.667 per kilogramnya.

“Dari penuturan salah satu pemilik agen sembako tadi kalau kenaikan harga minyak goreng ini dikarenakan 2 faktor utama, yaitu adanya kenaikan sewa kontainer dan kesulitan para agen sembako untuk mendapatkan BBM. Sehingga untuk pendistribusiannya juga terlambat khususnya ke kampung-kampung. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan harga di pasaran juga ikut melambung,” tambah Gamalis.

Stok beras di gudang Bulog Berau, cukup untuk kebutuhan 6 bulan ke depan. (foto Rita Amelia/Niaga.Asia)

Untuk kendala tersebut, Gamalis menjelaskan, sudah ada alternatif solusi yang diberikan. Untuk masalah BBM, dirinya meminta para agen sembako untuk bersurat ke Bupati Berau, kemudian meminta disposisi yang nantinya ditujukan ke Disperindagkop. Surat rekomendasi itulah nantinya dipergunakan para agen sembako saat mengantre di SPBU, agar menjadi prioritas dalam mendapatkan BBM.

“Sudah dibicarakan dengan Disperindagkop dan hal itu memungkinkan, bisa saja dilakukan. BBM ini harus jadi perhatian utama karena sangat dibutuhkan untuk pendistribusian bahan pokok itu ke kampung-kampung seperti Kelay, Talisayan, Biduk-Biduk dan Segah. Kita minta secepatnya mereka membuat surat itu,” tegas Gamalis.

Permasalahan kedua terkait sewa kontainer, pihak Pemkab Berau, dikatakan Gamalis tidak bisa memberikan solusi, karena pemilik usaha kontainer ini adalah swasta, maka Pemkab akan mencoba berkomunikasi agar mendapatkan jalan keluarnya.

Sedangkan Kepala Disperindagkop Berau, Salim, ketika dikonfirmasi menjelaskan, sidak ini memang rutin dilakukan dua kali dalam setahun, yakni menjelang Lebaran Idul Fitri dan menjelang Nataru, dengan waktu yang tidak diagendakan.

“Kalau minyak goreng ini harganya melambung karena stok dari pusat belum didrop ke daerah-daerah. Harga di agen sekitar Rp 20 ribu, tapi kalau di pasaran bisa sampai Rp 22 ribu. Kita usahakan antisipasi harga ini terus naik dengan mengusahakan kenaikan sewa kontainer tidak drastis juga,” terang Salim.

Kalau soal BBM, dikatakannya seharusnya masih aman stoknya hingga seminggu kedepan, tapi kemungkinan ada permainan sehingga agak sulit didapatkan atau terbatas. Kalaupun ada, para agen sembako harus membeli di eceran dengan harga lebih mahal, sehingga otomatis harga jual sembako sampai ke perkampungan juga mahal.

Penulis: Rita Amelia I Editor: Intoniswan

Tag: