
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Wakil Walikota Saefuddin Zuhri bersama komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) dan jajaran dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda turun langsung dalam aksi bersih-bersih Sungai Karang Mumus, Minggu (21/9).
Menggunakan kapal patroli sungai DLH Samarinda berwarna putih-oranye, Wakil Walikota Samarinda Saefuddin Zuhri terlihat memunguti sampah menggunakan jaring dan alat sederhana. Sejumlah kantong plastik berisi sampah yang hanyut berhasil diangkat dari permukaan Sungai Karang Mumus.
Aktivitas ini menarik perhatian warga sekitar yang menyaksikan dari tepi sungai. Bahkan, beberapa masyarakat ikut serta memberikan sampah yang mereka pungut dari bantaran.
Usai kegiatan, Saefuddin Zuhri menegaskan pentingnya membangun kesadaran mencintai lingkungan, khususnya Sungai Karang Mumus sebagai sumber kehidupan masyarakat di Kota Samarinda.
“Hari ini kita harus bisa bersinergi dengan air. Kalau kita mencintai sungai, insyaallah sungai tidak akan ‘galak’. Tapi kalau kita tidak peduli, sungai bisa jadi ancaman bagi kita. Mari kita bersama-sama menjaga ekosistem ini dengan saling memahami dan tidak membuang sampah sembarangan,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga membeberkan bahwa dirinya dan Misman merupakan pendiri dari GMSS-SKM. Komunitas ini dibentuk lanjut Saefuddin, bertujuan untuk menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.
“Sebelum 2015 Pak Misman sudah teriak-teriak jangan buang sampah sembarangan. Nyatanya sampai sekarang air pasang dan sampah tetap ada. Maka tugas kita semua adalah terus memberikan edukasi agar masyarakat sadar bahwa sampah itu membahayakan,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa aksi nyata di lapangan lebih penting daripada hanya seremonial. Atas dasar itu, mantan Legislator Karang Paci ini pun mengajak seluruh masyarakat, tokoh, dan pemerintah kota untuk bergandengan tangan menjaga SKM.
“Kami dari pemerintah mohon maaf bila masih banyak kekurangan. Tanpa dukungan semua pihak, kami tidak bisa apa-apa. Mari kita bergandengan tangan membangun Samarinda yang lebih baik,” ajaknya.
Di tempat yang sama, Ketua GMSS-SKM, Misman, menegaskan bahwa gerakan yang ia rintis sejak tahun 2005 dan resmi berbadan hukum mulai 2015 telah berperan sebagai model edukasi masyarakat dalam menjaga sungai.
“GMSS-SKM ini ibaratkan role model. Selama 10 tahun kita membangun contoh bagaimana agar semua kalangan bisa merawat sungai. Sungai itu bukan sekadar aliran air, tapi punya ekosistem. Kalau kiri-kanan dibeton, itu kan namanya kanal banjir, bukan sungai. Sungai yang bersih dan sehat harus punya vegetasi, tumbuhan air, riparian,” terangnya.

Menurutnya, GMSS-SKM telah mendirikan sekolah sungai untuk mengajarkan ekologi kepada masyarakat, mahasiswa, dan pelajar. Ia menegaskan, jika semua orang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan, maka keberadaan gerakan ini sebetulnya tidak lagi diperlukan.
“Kalau semua orang sudah sadar, ngapain ada GMSS-SKM. Tapi faktanya masih banyak yang buang sampah sembarangan. Jadi kami hadir untuk terus mengingatkan. Tidak berat kok memungut sehelai sampah lalu di buang ke tempat sampah,” katanya.
“Intinya, mari kita menjaga lingkungan hidup dengan pembagian ruang kehidupan antara tumbuhan, manusia dan hewan. Jadi kita tidak boleh serakah menghabiskan alam ini hanya untuk manusia,” tambahnya.
Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus, salah satunya Universitas Widya Gama Mahakam (UWGM) Samarinda. Kira-kira ada sekitar 50 mahasiswa UWGM yang ikut terlibat dalam aksi bersih-bersih Sungai Karang Mumus ini.
Gracia Yunita (20), mahasiswa Kesehatan Masyarakat UWGM, menilai kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kepedulian generasi muda.
“Kegiatan ini bagus, karena menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai. Ekosistem sungai penting banget, ini sumber air bersih kita di Kota Samarinda. Harapan saya, pemerintah dan kita semua bisa lebih sering mengedukasi masyarakat pentingnya sungai bagi kehidupan sehari-hari,” tegasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan
Tag: gmssskmSampahSKM