Wamena: Ribuan Pengungsi Perlu Bantuan Keperluan Pokok

aa
Sekitar 5.500 warga pendatang di Wamena yang keluar dari rumah mereka untuk tinggal di pengungsian. Mereka tersebar di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, markas Polres Jayawijaya, markas Komando Rayon Militer 1702-03 Wamena, Betlehem, gedung DPRD Jayawijaya, hingga markas Yonif Wi Mane Sili. (Hak atas foto AFP/Getty Images Image caption)

WAMENA.NIAGA.ASIA-Sekitar 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena membutuhkan bantuan kebutuhan pokok seperti pakaian, makanan, dan barang-barang keperluan anak dan perempuan.

Hal itu dikatakan Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto, kepada wartawan, Sabtu (28/09), sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Menurutnya, para warga yang mengungsi di markas Kodim umumnya hanya membawa baju di badan saat berusaha menghindari dampak kerusuhan di Wamena. Adapun bantuan pangan pokok dari pemerintah untuk pengungsi korban kerusuhan Wamena, menurut dia, saat ini baru difokuskan ke satu posko pengungsian.

“Kami minta informasi ini disebarkan seluas-luasnya agar banyak pihak yang tergerak untuk membantu para korban yang kini tengah mengungsi,” kata Chandra. “Bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua hanya tersalur ke posko pengungsian Gedung Okumarek yang dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya,” ia menambahkan.

aa
Warga yang hendak mengungsi memadati Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Jumat (27/9). (Hak atas foto Antara/IWAN ADISAPUTRA Image caption)

Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, menurut dia, sampai sekarang hanya mengandalkan bantuan logistik yang masih tersedia di markas. “Pengungsi tidak mau ke Okumarek. Warga maunya di Kodim, sementara dapur lapangan Pemda ada di Okumarek,” katanya. Selain makanan dan pakaian, ia menambahkah, pengungsi membutuhkan susu untuk balita, popok bayi, dan pembalut untuk perempuan.

Sekitar 5.500 warga pendatang di Wamena yang keluar dari rumah mereka untuk tinggal di pengungsian. Mereka tersebar di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, markas Polres Jayawijaya, markas Komando Rayon Militer 1702-03 Wamena, Betlehem, gedung DPRD Jayawijaya, hingga markas Yonif Wi Mane Sili.

Sebagian dari mereka ada yang telah bertolak ke Jayapura menggunakan pesawat Hercules milik TNI.  Ada pula yang mengungsi ke Kabupaten Mimika, seperti yang dilakukan sejumlah orang asal Madura.

Ketua Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Mimika, Parjono, mengatakan kepada Antara, Sabtu (28/09), bahwa pihaknya menampung 34 pengungsi asal Wamena di Sekretariat Paguyuban Pati di Timika.

aa
Suasana ruangan Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis (26/9). Kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9) tersebut mengakibatkan puluhan orang meninggal dan sejumlah bangunan terbakar dan rusak.  (Hak atas foto Antara/Iwan Adisaputra Image caption)

Dokter-dokter bertahan

Sementara itu, sejumlah dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tiom, ibu kota Kabupaten Lanny Jaya, Papua, memilih bertahan untuk melayani warga setempat meski seorang dokter meninggal dunia dalam demonstrasi yang diwarnai kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9).

Perjalanan dari Lanny Jaya ke Wamena menggunakan kendaraan melalui jalan darat memakan waktu lebih dari tiga jam. “Dokter-dokter yang bertugas di RSUD Lanny Jaya, mereka tidak pulang dan tetap tinggal melayani masyarakat di sini,” kata Direktur RSUD Tiom dr Nataniel Imanuel Hadi kepada Antara, Sabtu (28/09).

“Kami bersyukur karena kami punya dokter yang berkualitas, sangat luar biasa, sehingga tetap memilih untuk tinggal di sini dan melayani masyarakat di sini,” imbuhnya.

Dr Soeko Marsetiyo yang bertugas di Kabupaten Tolikara meninggal dunia di Wamena, Papua pada Senin (23/09).

Seperti yang dilansir dari Antara, Sekretaris Dinas Kesehatan Papua dr Silvanus Sumule mengatakan bahwa dokter Soeko ditemukan dengan luka-luka yang cukup serius, sesaat setelah demo terjadi.

Dr Soeko dijadwalkan dievakuasi ke Jayapura pada Kamis (26/9) dan akan langsung dibawa ke RS Bhayangkara. Namun, Soeko menghembuskan napas terakhirnya pada usia 53 tahun setelah mendapat perawatan RSUD Wamena.

Sumber: BBC News Indonesia

Tag: