Warga Lumbis Serahkan 2 Pucuk Senjata Api Sisa Perang Konfrontasi RI-Malaysia

Warga Lumbis Serahkan 2 Pucuk Senjata Api Sisa Perang Konfrontasi RI-Malaysia ke Satgas Pamtas (foto : istimewa)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA — Dua warga Kecamatan Lumbis Hulu, Kabupaten Nunukan, secara sukarela menyerahkan senjata api rakitan bekas perang konfrontasi RI – Malaysia kepada Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonif 621/Manuntung.

“Jenis senjata apinya penabur dan biasanya digunakan untuk berburu binatang di hutan,” kata Dansatgas Pamtas Darat RI-Malaysia Yonif 621/Manuntung, Letkol Inf Deny Ahdiani Amir kepada niaga.asia, Rabu.

Penyerahan dua pucuk senjata api rakitan itu bermula dari pertemuan silaturahmi personel Satuan Setingkat Kompi (SSK) 4 Pos Lumbis dengan sejumlah masyarakat terkait keamanan dan ketertiban wilayah.

Dalam komunikasi tersebut, personel TNI yang bertugas di perbatasan Indonesia memberikan pemahaman dan sosialisasi larangan menyimpan senjata api dalam bentuk apapun tanpa dilengkapi izin dari petugas.

“Setelah diberikan pemahaman dari anggota, masyarakat mulai menyadari dan sukarela menyerahkan senjata apinya,” uja Deny Ahdiani.

Komandan Pos Lumbis, Letda Inf Rudi Kurniawan menerangkan, awalnya kedua warga pemilik senjata api takut menyerahkan senjata berburunya kepada petugas, di mana menurut pemikiran mereka akan dikenakan hukuman.

“Yang bersangkutan selama ini takut menyerahkan senjata. Katanya nanti mereka dihukum karena memiliki barang terlarang,” Deny Ahdiani menerangkan.

Rasa bimbang dan takut sirna ketika personel Satgas Pamtas memberikan pengarahan dan sosialisas, bahwa tidak ada hukuman bagi masyarakat yang berniat menyerahkan senjata api rakitan ke petugas.

Selain dua pucuk senjata api rakitan jenis penabur, Satgas Pamtas menerima pula dua amunisi aktif dan tiga selongsong munisi. Kedua warga yang namanya tidak disebutkan tersebut mengaku telah lama menyimpan senjata berburu di ladang atau kebun.

“Katanya, senjata api berburu itu warisan dari nenek moyang dahulu ketika masa perang konfrontasi malaysia ke Indonesia tahun 1963,” demikian Deny Ahdiani.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: