Warga Terzalimi Gara-gara Listrik Padam Bergilir

Demontrasi mahasiswa di depan kantor PLN UPL Nunukan di kawal petugas Kepolisian dan Satpol PP Nunukan. (istimewa)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Perbatasan (Ampera), berdemonstrasi di kantor PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Rayon Nunukan. Mereka memprotes pemadaman bergilir di Pulau Nunukan dan Sebatik, yang terjadi sejak Agustus 2019.

Menggunakan motor dan mobil, demonstran sempat diadang aparat kepolisian, dan Satpol PP Pemkab Nunukan, yang berjaga di depan pagar kantor PLN UPL Rayon Nunukan, Jalan Iskandar Muda, Kelurahan Nunukan Barat.

Mahasiswa secara bergantian menyampaikan aspirasi keluhan dan tuntutan perbaikan pelayanan listrik, hingga pembayaran kompensasi akibat pemadaman bergilir. Mereka menilai kinerja PLN Rayon Nunukan sangat buruk.

“Ini sebuah kezaliman. Ini adalah perampasan hak masyarakat menikmati listrik, padahal kami semua telah membeli token listrik,” kata salah satu orator aksi, Jumadi Arisal, Selasa (8/10).

Jumadi menyebutkan, pokok permasalahan pemadaman listrik di Nunukan adalah pergeseran mesin PLTD milik PLN UPT Nunukan KTT dan Berau. Ditambah lagi kerusakan mesin milik PLTD Sei Bilal Nunukan.

Imbas dari gergeseran mesin, PLN UPL Nunukan kekurangan daya, dan hanya mampu mensuplai listrik kepenggan Nunukan dan Sebatik sebesar 9 Kilowatt (KW). Padahal kebutuhan beban daya puncak 12,5 KW.

“Kabarnya ada mesin di kirim dari PLTD Batu Sopang Penajam, sebagai back up untuk suplai daya Nunukan. Pertanyaan kita apakah itu mesin baru? Kalau mesin bekas, pasti tidak lama rusak lagi,” ujarnya.

Mahasiswa juga menilai, PLN seakan tutup mata dan tidak memahani keinginan masyarakat. Berulang kali diprotes dan menuntut perbaikan listrik, faktanya berulang kali pula pemadaman terjadi. “Kalaupun ada perbaikan listrik, hanya bertahan 1 tahun,” serunya.

Kemudian, soal pemadaman bergilir, PLN UPL Nunukan tidak menanggung konsekuensi dengan jadwal yang dibuat sendiri. Sebab, tidak jarang padam sampai 6-7 jam sehari, terkadang juga padam 2-3 jam perhari. Parahnya lagi, dalam satu hari bisa padam sampai 2 kali. “Itu jadwal pemadaman bisa berubah setiap hari. Mereka tidak tanggung konsekuensi. Kasihan peralatan elektronik masyarakat rusak, karena listrik terlalu sering mati,” sebutnya.

Dengan segala penyesalan, mahasiswa sepakat akan tetap mendemo kantor PLN UPL Nunukan, apabila tidak mendapatkan hasil memuaskan dalam pertemuan bersama PLN. Menurut demonstran, mereka tidak berjuang sebatas sebagai mahasiswa, melainkan juga masyarakat secara umum.

“Ada perwakilan mahasiswa bertemu kepala kepala PLN Nunukan. Kami tunggu hasil terbaik. Kami akan bawa persoalan ini Ombudsman perwakilan Kaltara,” tegas Jumadi. (002)