
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Dunia kehumasan bukan sekadar soal merancang pesan dan menyampaikannya saja ke publik. Di balik tugas komunikasi pemerintahan yang seringkali berlangsung di balik layar, ada proses panjang, relasi sosial yang dijalin, serta keberanian untuk terus belajar.
Hal itulah yang diungkapkan oleh Adi Prianto Asmara, salah seorang peserta Bimtek Public Speaking untuk ASN se-Kalimantan Timur (Kaltim) yang diselenggarakan pada 23-25 Juli 2025, di Kampus BPSDM Kaltim, Jalan H.A.M. Riffadin Nomor 88, Kota Samarinda.
Sebagai perwakilan Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara, Adi bukanlah orang baru di dunia komunikasi birokrasi. Ia mengaku telah menekuni bidang ini sejak tahun 2015.
“Kalau saya pribadi menekuni dunia kehumasan ini sudah jalan 10 tahun, dari 2015,” ujarnya dengan senyum ramah.
Dalam dunia kehumasan, keterampilan komunikasi terutama public speakin menjadi salah satu fondasi penting. Namun bagi Adi, yang lebih penting dari itu semua adalah kemauan untuk terus belajar.
“Untuk mereka yang baru-baru masuk dunia kehumasan atau public speaking, intinya sih mau belajar. Dari kita mau belajar, kita akan speak up. Namanya belajar itu pasti ada proses trial dan error. Tapi dari situ kita bisa evaluasi diri dan berkembang,” jelasnya.
Adi juga menyampaikan bahwa saat ini banyak sumber belajar yang bisa diakses. Tak harus selalu dari pelatihan formal, tapi bisa dari konten edukatif di platform digital seperti YouTube dan media sosial.
“Saya pribadi justru banyak belajar dari situ, dari referensi online. Tinggal kita mau atau tidaknya membuka diri,” tambahnya.

Menjawab soal relasi antara humas dan media, Adi menegaskan bahwa wartawan bukanlah lawan. Justru, humas yang baik harus mampu menjalin hubungan berbasis empati, komunikasi yang hangat, dan rasa saling menghargai.
“Kalau saya, wartawan itu saya anggap teman. Bahkan sahabat. Karena kalau dianggap musuh, ya pasti bakal bertolak belakang terus,” tuturnya.
Ia pun juga berbagi pengalamannya dalam membangun relasi jangka panjang dengan media. Ia meyakini bahwa setiap wartawan punya karakter dan pendekatan yang berbeda, sehingga seorang humas harus benar-benar pandai membaca situasi dan menyesuaikan gaya komunikasi.
“Setiap orang itu beda perlakuannya. Saya enggak pernah memperlakukan semua wartawan dengan cara yang sama. Justru dengan hubungan baik, komunikasi lancar, bahkan sampai sekarang saya masih japri-an sama wartawan setiap hari,” kisahnya.
Meski saat ini pengelolaan media sudah ditangani oleh Dinas Kominfo, Adi mengaku tetap menjalin komunikasi aktif dengan insan pers, terutama saat membutuhkan publikasi, misalnya kegiatan dari PKK atau kepala daerah.
“Kadang tinggal bilang aja, ‘tolong bikinkan berita ya.’ Karena sudah akrab dan public speaking kita enak, langsung dikerjakan,” katanya.
Di era keterbukaan informasi dan serba digital ini, ia mengatakan bahwa kepercayaan publik terhadap pemerintah sangat bergantung pada kemampuan komunikasi aparatur negara. Di sinilah peran public speaking menjadi penting, bukan hanya untuk tampil percaya diri, tetapi juga untuk menjalin pemahaman yang baik dengan publik maupun mitra kerja, termasuk media.
“Pemerintah itu pasti butuh wartawan. Tapi supaya enggak berseberangan atau berselisih, ya kembali ke kemampuan public speaking kita. Komunikasi itu kunci. Dan komunikasi yang bagus itu ya tergantung bagaimana kita memperlakukan manusia sebagai manusia,” tutupnya.
Melalui Bimtek Public Speaking ini, pria yang berusia 39 tahun ini berharap semakin banyak lagi ASN yang mampu tampil percaya diri, menyampaikan pesan lembaga dengan cara yang efektif, dan membangun kemitraan yang harmonis demi pelayanan publik yang lebih informatif dan humanis.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: BimtekBPSDM Kaltim