Wartawan Diminta Cermat dalam Pemberitaan Imunisasi MR

AA
Diddy Rusdiansyah Anandini. (NIAGA.ASIA)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Wartawan dan media diminta bersikap cermat dalam pemberitaan program imunisasi MR (Measles Rubella) yang bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit Campak dan Rubella di Kalimantan Timur, dimana bulan September ini imunisasi massal dilanjutkan di sekolah-sekolah.

“Mohon kalau ada temuan ada anak sehabis imunisasi suhu tubuhnya naik tidak dianggap sebagai dampak negatif dari imunisasi. Kiranya kalau menemukan kasus seperti itu dikonfirmasi ke dokter spesialis anak,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur, Diddy Rusdiansyah Anandini kepada Niaga.Asia, Jumat (7/9)

Program imunisasi MR di Kaltim sempat berjalan di awal Agustus, setelah terjadi polemik, kemudian 18 Agustus MUI menerbitka Fatwa bahwa Imunisasi MR Mubah tapi bersifat harus karena manfaatnya lebih besar, maka proram  imunisasi MR dilanjutkan mulai 1 September 2018.

Ketua Komisi Fatwa MUI Kaltim: Imunisasi MR Mubah dan Bersifat Harus

Biaya Pengobatan Campak dan Rubella Mencapai Ratusan Juta

Penyakit Campak dan Rubella Berdampak Cacat Permanen pada Anak

Untuk suksesnya proram tersebut, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), DR. Makmun Syar’i, M.Hi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, dr. Hj. Rini Retno Sukesi M.Kes, Kepala Dinas Kominfo Kaltim, Diddy Rusdiansyah Anandani, SE, MM, Drs. Samudi, Kabid Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kantor Kementerian Agama Kaltim, Kris Suhariyatno, Kasi Kurikulum dan Penilaian Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim menandatangani kesepahaman untuk saling bersinergi mesukseskan Imunisasi Measles Rubella di Kaltim, hari Sabtu (1/9).

Dokter Spesialis Anak, Sukartini  mengatakan, dampak yang ditimbulkan penyakit campak dan rubella ternyata tidak tanggung-tangung, selain bisa menimbulkan cacat permanen, biaya pengobatan penyakit menular melalui napas pada saat batuk dan bersin  ini bisa mencapai ratusan juta rupiah, juga membuat kaum perempuan trauma untuk punya anak lagi.

“Orang (anak-anak dan orang dewasa) yang belum divaksin MR (Measles Rubella) adalah orang yang beresiko tinggi tertular campak dan rubella. Bahaya dari campak adalah menyebabkan kompolkasi serius, seperti; diare, radang paru, radang otak, kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian,” kata Sukartini.

Sedangkan rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak, akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan yang dikenal dengan sebutan Sindroma Rubella Kongenital yang meliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak, mata, ketulian dan keterlambatan tumbuh kembang.

Menurut Diddy, karena kegiatan imunisasi sangat spesifik, maka  dokter yang paling mengerti permasalahannya, termasuk ada gejala panas pada anak setelah diimunisasi. “Kalau ada menerima laporan dari orang tua anak bahwa anaknya panas tubuhnya setelah diimuniasi, wartawan sebaiknya melakukan atau meminta klarifikasi kepada dokter spesialis anak,” ajaknya.

Menurut Diddu lagi, pemberitaan soal efek yang ditimbulkan setelah imunisasi tidak bisa direka-reka, atau perkira-perkiraan sebab, bersifat medis. Penjelasan dari orang tua anak bahwa anaknya panas tubuhnya sehabis diimunisasi, bisa saja benar, tapi belum tentu membahayakan kesehatan anak. Berita yang “menakutkan” akan kejadian setelah anak diimunisasi bisa menakutkan benaran orang untuk melakukan imunisasi pada anak-anaknya. “Semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan imunisasi massal MR selalu terbuka untuk dikonfirmasi,” ungkapnya.

Imunisasi aman

Sementara itu Dokter Spesialis Anak, Sukartini menambahkan, setelah imunisasi MR dimulai awal Agustus lalu, belum ada menemukan atau menerima laporan ada efek negatif pada anak setelah diimunisasi MR. “Tidak ada temuan atau laporan yang negatif dari orang yang diimunisi MR,” katanya.

Untuk amannya anak diimunisasi MR, kata Sukartini yang perlu dilakukan adalah: Pastikan anak sudah makan sebelum imunisasi. Sampaikan kondisi kesehatan anak kepada petugas seperti riwayat penyakit, pengobatan yang sedang dijalani, adanya cacat bawaan, riwayat kelahiran prematur, riwayat alergi, atau riwayat reaksi berat setelah imunisasi sebelumnya.

Tunggulah sekitar 30 menit di fasilitas kesehatan setelah anak mendapatkan imunisasi untuk memantau kemungkinan kejadian ikutan pasca imunisasi. Demam ringan, ruam merah dan bengkak ringan di tempat suntikan adalah reaksi normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Bawalah segera anak ke fasilitas layanan kesehatan setempat apabila terjadi kejadian ikutan pasca imunisasi seperti; demam tinggi, kejang, dan pembengkakan di tempat suntikan. (001)