Waspadai  Wabah DBD di Tengah Pandemi Covid-19

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia mengalami lonjakan drastis sejak awal tahun 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia menembus angka 16 ribu dari periode Januari hingga awal Maret tahun ini. Dari jumlah kasus tersebut, 100 jiwa dinyatakan meninggal dunia.

Bahkan, wabah DBD di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, saat ini sudah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) karena jumlah terdampak DBD yang meninggal meningkat.  Namun, sayangnya saat ini perhatian Pemerintah hanya terpusat pada pandemi virus Corona (Covid-19), padahal DBD juga merupakan penyakit yang memiliki dampak kematian yang sama tingginya dengan Covid-19.

“Meskipun kita berada di tengah pusaran pandemi kasus Covid-19, kami minta Pemerintah tidak lalai menangani DBD. Kareba, DBD dan Covid-19 merupakan penyakit yang memiliki dampak mematikan yang sama tingginya,” ungkap Anggota Komisi IX DPR RI Anas Thahir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kementerian Kesehatan  yang diselenggarakan melalui video-conference, Selasa (14/4/2020).

Selain itu, legislator Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu juga meminta Pemerintah tidak mengendorkan sosialisasi dalam upaya prevefentif DBD seperti menjaga kebersihan dan pemberantasan sarang nyamuk. “Saya melihat sosialisasi yang dilakukan Pemerintah untuk masalah DBD relatif mereda, karena semua perhatian sedang tertuju ke Covid-19,” jelasnya.

Senada, Anggota Komisi IX DPR RI Hasnah Syams  juga meminta Pemerintah tidak lalai dan segera menanggulangi wabah DBD yang semakin meningkat serta memastikan obat hingga stok darah tercukup. Menurut politisi Partai NasDem itu, Pemerintah perlu melakukan preventif melalui membaca kasus DBD dalam hubungan dengan siklus iklim (kenaikan kasus DBD pada bulan-bulan tertentu di daerah tertentu) sesungguhnya sama pentingnya untuk diketahui publik.

Berdasarkan data Ditjen P2P Kemenkes RI, rata-rata ada 424 wilayah kabupaten/kota di Indonesia yang melaporkan DBD setiap tahunnya. Dalam kurun 2 minggu jumlah kasus 41. 805 kasus.  Adapun potensi masalahnya seperti masih rendahnya peran lintas sektor dalam pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di masyarakat. Kemudian, kurangnya kesadaran masyarakat melaksanakan PSN 3M Plus, serta penampungan air hujan besar yang berpotensi adanya sarang nyamuk.

Untuk diketahui, World Health Organization (WHO) dalam laporan berjudul “WHO Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012-2020” menunjukan bahwa sebagian besar negara di Asia Tenggara merupakan endemik DBD. WHO juga menjelaskan adanya pola musiman DBD di berbagai daerah. Di Myanmar dan Sri Lanka misalnya, peningkatan jumlah kasus dilaporkan antara Mei dan Agustus. Sementara di Indonesia peningkatan kasus memang terjadi pada Januari hingga Februari. (rnm/sf)