Wisata Berkonsep Edukasi, Kampung Flory Beromzet Rp 1 miliar

Desa Wisata Kampung Flory Sleman Yogyakarta yang selalu ramai dikunjungu pelancong. (Foto: Mansyur/NiagaAsia)

TARAKAN.NIAGA.ASIA – Satu lagi destinasi wisata yang bisa dijadikan referensi bagi pelancong saat berada di Yogyakarta. Lokasinya, ada di perkampungan seluas 4,5 hektare, di Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman. Objek wisata berkonsep edukasi itu bernama Desa Wisata Kampung Flory Plaosan.

Beberapa unit usaha untuk memanjakan pengunjung, disediakan di Kampung Flory ini. Seperti tanaman hias dan buah-buahan, home stay, bumi perkemahan, outbound, kolam ikan, dan pendopo.

Desa Wisata Kampung Flory yang dibuka pertengahan 2016 lalu itu, tergolong relatif baru. Tersedia warung makan bagi pengunjung, yang telah kelelahan seharian berkeliling Kampung Flory, usai menimba informasi seputar wisata tersebut, yang disampaikan pengelola.

Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat menikmati sajian makanan dan minuman tradisional khas desa setempat. Sajian olahan ikan lezat seperti ikan tawar, wader, lele, nila, udang dan lain-lain. Kelebihan wisata kuliner di Kampung Flory Sleman, pengunjung serasa makan di pinggir kolam ikan, berair jernih dan gemericik air yang menyegarkan.

Selain itu, tidak sedikit pula pengunjung melakukan terapi kesehatan memanfaatkan ikan, dengan cara merendam kaki di kolam, lalu dikerubuti oleh ikan-ikan hias berwarna-warni.

Manager Outbound Kampung Flory Vina Panduwisata mengatakan, desa wisata ini terdiri dari tiga unit usaha, yakni kelompok pertanian, kelompok wisata dan kelompok kuliner.

Diceritakan, Kampung Flory awalnya milik tanah desa yang tidak terawat seluas 6 hektare dan kini hanya tersisa sekitar 4,5 hektare, sebab pengelola Puri Mataram melepaskan diri dari “manajemen” Kampung Flory.

Sejak 2016, Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta memberikan bantuan pembinaan, dimana hampir semua untuk pembangunan infrastruktur sekitar Rp250 juta per tahun

“Penggagas kampung ini adalah Pak Sugihartono, bersama-sama anak-anak muda dan kelompok tani yang awalnya tanaman hiasnya ditanam di depan rumah masing-masing sebelum dipindahkan ke sini,” kata Vina, kepada wartawan akhir pekan kemarin,

Dikatakannya, keberadaan wisata Kampung Flory sejauh ini, sudah mengakomodasi lapangan pekerjaan bagi warga setempat. “Alhamdulillah sekarang banyak sekali serapan tenaga kerja yang masuk ke sini. Untuk Karang Taruna Tani sendiri kurang lebih ada 30 orang, Desa wisata 15 orang karyawan tetap, dan 15 orang pengelola dan pengurusnya,” ungkapnya.

Sementara sejak tahun 2018, pendapatan yang diperoleh dari Desa Wisata ini perbulannya rata-rata Rp1 miliar. Dan Rp12 miliar pertahun. “Dan rata-rata jumlah pengunjung setiap akhir pekan Sabtu atau Minggu, ada 2.000 sampai 3.000 orang. Kalau Senin sampai Jumat rata-rata 500 orang. Pengunjung juga ada dari pendatang luar Indonesia seperti Filipina, Malaysia dan lainnya,” tutur Vina.

Kini wisata desa di Yogyakarta itu, menjadi wisata desa yang mempunyai daya tarik agrowisata pengunjungnya, yang hendak berwisata ke Yogyakarta. (003)