Cerpen Karya: Efrinaldi

Siang Minggu di bulan Januari 1995 aku dan kakakku ke kota Payakumbuh. Aku hendak membuat jas baru. Kami menyusuri toko kain di pertokoan di seberang kantor Bupati 50 Kota zaman itu. Setelah keluar masuk toko, dapatlah kain yang aku sukai.
Kain itu berwarna coklat tua. Rajutannya berpola geometris halus. Kainnya cukup tebal, cocoklah untuk membuat jas. Kami memesannya untuk cukup membuat jas dan celana panjang untukku. Setelah membayar beli kain itu kami pergi ke penjahit di seberang jalan di Selatan toko tadi.
Setiba di penjahit aku menyampaikan maksudku membuat jas. Penjahit dengan ramah mempersilakan kami duduk di sofa.
Penjahit duduk di hadapan kami. Dia bertanya,“Model seperti apa yang diinginkan?”
“Model jas klasik.” jawabku.
“Untuk keperluan apa?” tanya penjahit
“Untuk acara pernikahanku.” jawabku.
Penjahit tersenyum. Dia berkata,“Aku akan buatkan jas elegan untuk Perjaka berselera tinggi ini.”
Penjahit kemudian berdiri dan mengambil dua album di lemari kaca di samping sofa. Dia membuka album dan berkata, “Ini contoh-contoh model jas yang bisa kami buat.”
Aku memperhatikan satu demi satu. Akhirnya aku menetapkan pilihan model yang kuinginkan.
“Ini model yang aku sukai.” kataku pada penjahit.
Penjahit melihat sejenak dan kemudian mengatakan, “Baik, kami akan buatkan seperti ini.”
Penjahit mengajakku untuk ke ruang pengukuran. Mulanya diukur ukuran jasnya. Kemudian ukuran celananya.
Setelah selesai diukur, penjahit menanyakan lagi tentang beberapa detail jas dan celananya yaitu model saku jas, tutup saku jas, saku celana serta warna dan desain kancing jas dan celananya.
Kami kembali menyeberang jalan ke Utara. Aku ingin membeli novel di Toko Buku Hizra. Setelah menyeberang, berhenti mobil Toyota Kijang di sebelah kiri kami. Aku menoleh ke mobil yang berhenti itu.
Seorang lelaki turun dari mobil diikuti seorang wanita. Mereka bergegas menuju kami.
“Epiii….!” teriak mereka bersamaan.
“Hai…Is…. Yenti!” sahutku tidak kalah berteriak.
Kami berjabatan tangan hangat sekali. Is dan Yenti adalah sahabatku semasa SMA.
Mereka menikah tidak lama setelah sama-sama tamat kuliah dan bekerja. Is setamat IKIP Padang menjadi guru STM di Payakumbuh. Yenti setamat IPB menjadi staff ahli di Peternakan Sapi di Padang Mengatas Kabupaten 50 Kota.
“Uda Eri, suruhlah Epi ini menikah segera. Biar semangat hidupnya!” kata Yenti pada kakakku.
Ada rasa malu kurasakan seketika. Apakah Yenti tahu aku sempat patah hati semenjak kegagalan pernikahanku dua tahun lalu?, batinku.
Untung kakakku segera menjawab,“Iya, sebentar lagi dia menikah. Baru saja kami membuat jas buatnya, persiapan pernikahannya.”
Yenti dan Is tersenyum lebar. Yenti berkata, “Alhamdulillah…akhirnya sahabatku segera menikah juga!”
Yenti dan Is pamit. Is berujar, “Baiklah, kami mau ke Padang Mengatas. Selamat Epi…semoga lancar urusan selanjutnya!
Mobil Toyota Kijang itu melaju ke arah Jembatan Ratapan Ibu dan aku bersama kakakku segera beringsut menuju toko buku Hizra di suasana kota Payakumbuh yang tidak terlalu ramai siang itu.
Padang Kandi, 8 April 2023.
In-Memorian sahabatku Iswandi Rasyid (alm) dan Triyulienti (almh)
Tag: Cerpen