(Rumah) Masa Tua

Cerpen Karya: Efrinaldi

Foto ermalfaritsi.wordpress.com

Selagi muda Rahma membanting tulang menyekolahkan anaknya sambil membangun rumah. Walau suaminya pegawai negeri, namun tak cukup untuk itu semua. Dia berjualan aneka bahan pokok ke kota yang terisolir di daerahnya.

Anak-anaknya berkembang menyesuaikan keadaan itu. Kesibukannya berjualan membuat anak-anaknya cepat mandiri.

Kerja keras itu membuahkan hasil dengan anak-anaknya menjadi sarjana semuanya. Begitu anak-anak mulai dewasa, satu per satu menikah dan tinggal di rumahnya masing- masing.

Ketika suaminya mulai pensiun, mereka tinggal berdua saja dengan suaminya di rumahnya. Rahma tak hendak tinggal bersama anak-anaknya. Dia nyaman tinggal di rumahnya sendiri.

Suaminya meninggal dunia ketika Rahma dan suaminya sama-sama berusia sekitar 75 tahun. Sepeninggal suaminya, Rahma juga tidak mau tinggal bersama anaknya. Dia tinggal sendiri di rumahnya di sebuah pedesaan.

Dia memang punya kerabat yang tinggal bersebelahan rumah. Namun, urusannya sehari- hari dia sendiri yang urus.

Anak-anaknya  yang tinggal di kota, suka datang menjenguk. Anak-anaknya meneleponnya tiap hari sehingga Rahma merasa aman terhindar dari sakit bahkan mati sendiri di rumah tanpa ada orang yang tahu.

Akhirnya fisik Rahma lemah juga. Kakinya mulai melemah untuk berjalan. Saat itulah Rahma kemudian tinggal di rumah anak-anaknya bergiliran. Dua tahun Rahma berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah anak yang lain.

Dia memendam keinginan untuk tetap tinggal di rumahnya. Tetapi anak-anaknya melarang. Anak-anaknya juga tidak tega ibu mereka dirawat orang lain, misalnya perawat yang digaji.

Rupanya harapan Rahma untuk selalu tinggal di rumahnya sendiri terkabul juga. Seorang anaknya bersama menantunya, yang baru pensiun,  tinggal bersamanya di rumah Rahma.

Anaknya itu telah lama merantau dan ingin tinggal di kampung halaman di masa pensiun. Klop lah! Rahma akhirnya kembali tinggal bersama anak  dan menantunya di rumahnya sendiri.

Seorang kerabat Rahma berkata; “Rahma dari dulu orangnya berpikir simple, mengerjakan apa yang di depan matanya saja. Tidak terlalu risau akan masa depan.”

Ternyata, Rahma memang mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya di masanya sampai usia tua.

Masya Allah!@

Tag: