Cerpen Karya : Efrinaldi

Ketika anaknya berusia dua tahun, Adi promosi menjadi Kepala Departemen. Adi juga mendapat bantuan dari perusahaan untuk uang muka membeli mobil dan cicilan dibayar dengan tunjangan transportasi bulanannya selama lima tahun mendatang.
“Atas prestasi Sdr. Adi Nugraha, kami Dewan Direksi menganugerahkan promosi pada Saudara Adi dengan masa tercepat yakni dua tahun setelah promosinya terakhir!” kata Direktur Human Capital pada pelantikan Adi sebagai Kepala Departemen.
Riuh rendah tepukan para hadirin. Kemudian datanglah Asisten Adi dan berucap,
“Selamat, Pak atas promosinya!”
“Terima kasih atas dukungannya selama ini, Bu Henny.” kata Adi dengan terharu.
Sepulang dari pelantikan, Adi membawa istri dan anaknya makan-makan di restoran termewah di kotanya. Adi pun mengabari ibunya atas promosinya itu.
“Alhamdulillah!” jawab ibunya di ujung sana.
“Berilah aku nasehat, Ibu!” pinta Adi.
“Pikullah tanggung jawab dengan sungguh-sungguh. Jangan lupakan salat. Jaga kejujuran dan teruslah belajar!” kata ibu Adi dengan pasti.
Sebulan kemudian Adi telah mengantongi kunci mobil. Sebuah mobil Hyundai, type Creta menjadi tunggangan Adi mulai saat itu. Adi kemudian merencanakan pulang kampung mengendarai mobil barunya, memperlihatkan pada ibunya sebagai tanda keberhasilannya.
Diutarakan niatnya pulang kampung membawa mobil pada ibunya. Ibunya menanggapi biasa-biasa saja.
“Bila niatmu untuk berbangga-bangga, urungkan niatmu membawa mobil pulang kampung.” ujar ibunya.
“Tetapi bila niatmu untuk memudahkan mengunjungi sanak keluarga karena mempermudah perjalanannmu, pulanglah dengan mobil kebangganmu itu!” lanjut ibunya.
Andi tertunduk mendengar ucapan ibunya di ujung sana. Adi terduduk dan mengusap mukanya.
“Astaghfirullah!” ucap Adi.
*
Adi pun pulang kampung saat Idul Fitri. Dia pulang bersama istri dan putranya semata wayang. Hanya bertiga mereka mengendarai mobil berukuran sedang itu. Dalam perjalanan tidak henti-henti Adi berzikir dan memohon perlindungan Allah dalam perjalanan memakan waktu sekitar 36 jam itu.
Adi sampai di kampung halamannya. Dia bersujud di kaki ibunya.
Ibunya mengusap rambut Adi sambil berkata,“Bersyukurlah pada Allah atas nikmat ini. Janganlah nikmat ini membuatmu lalai, melainkan semakin mendekatkan diri pada Allah!”
“Iya, Ibu.” kata Adi perlahan.
Adi pun membawa ibunya berkeliling objek wisata di kabupaten dan mengunjungi sanak saudaranya di seputar kampung halamannya.
Sepuluh hari Adi di kampung halaman. Tibalah saatnya Adi kembali ke kota tempat kerjanya. Adi dibekali ibunya bermacam-macam makanan khas kampung halaman. Penuh sesak bagasi mobil Adi, tapi tak sampai harus ada yang ditempatkan di atap mobilnya.
Setelah Isya Adi memulai perjalanan kembali ke kota tempatnya bekerja. Malam itu perjalanan lancar, tidak macet. Jam dua belas malam Adi berhenti di sebuah restoran. Dia merebahkan badannya di jok mobil sekitar sejam.
Kemudian mobil kembali melanjutkan perjalan sampai subuh menjelang. Adi berhenti di sebuah masjid di pinggir kota. Adi dan istrinya salat subuh. Berhenti sejam di halaman parkir masjid untuk istirahat. Jam enam pagi mereka kembali berjalan sampai jam delapan pagi mereka menemui restoran.
Di restoran mereka membersihkan badan dan kemudian makan pagi. Mereka berhenti dua jam. Jam sepuluh pagi mereka kembali berjalan sampai mendekati dzuhur.
Begitulah perjalan panjang itu, sampai menjelang subuh di hari ketiga mereka sampai di rumah mereka kembali di kota tempatnya bekerja dan hidup.
Adi masih cuti esok harinya. Dia bisa memulihkan kondisi fisiknya dari perjalanan jauh yang menguras energi itu.
Hari pertama Adi masuk kerja, Adi membawakan oleh-oleh buat asistennya. Itulah kebiasaan yang ada di tempat kerja Adi yang menurut Adi baik dipertahankan.
Adi kembali segar jiwa raganya. Bagai mendapat suntikan energi baru kinerja Adi. Dia semakin gemilang sebagai karyawan bintang di perusahaan tempatnya bekerja.@
Tag: Cerpen