JAKARTA.NIAGA.ASIA – Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Hatta menilai saat ini kondisi industri tekstil dalam negeri sudah menuju ke lampu merah (mengkhawatirkan). Pailitnya Sritex pun, disebutnya sebagai salah satu tanda-tanda pemerintah harus memberi perhatian lebih pada industri tekstil dalam negeri.
”Seperti Sritex itu kan sudah 50 ribu karyawan bayangin. Kali empat saja sudah 200 ribu orang yang berlindung di sebuah pabrik. Belum lagi efek domino yang tadi disampaikan tentang UMKM dan sebagainya,” kata Hatta dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Perindustrian di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (12/11/2024).
Legislator Dapil Jawa Tengah V ini pun mengusulkan agar dalam struktur organisasi Kementerian Perindustrian dibuatkan Direktorat Jenderal (Ditjen) khusus tekstil. Untuk diketahui, saat ini sektor tekstil masih tergabung dalam Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Ditjen IKFT).
”Jadi kita harus ada Ditjen khusus yang fokus pada itu. Kita kalau melihat dari beberapa negara khususnya tekstil ini, Pak. Sampai ada yang punya Menteri Tekstil, Pak. Seperti India itu ada kementerian khusus untuk tekstil. Jadi ini sudah bukan industri yang dianggap industri yang biasa-biasa saja. Harus ada kekhususan karena ini sudah menyangkut industri padat karya,” katanya.
Politisi Fraksi PAN ini pun mendesak agar pemerintah mulai serius menangani permasalahan tersebut, mengingat industri tekstil merupakan salah satu penyumbang PAD terbesar di berbagai daerah.
Apabila industri tekstil ini jatuh, Hatta mengatakan, efek dominonya akan besar dan mempengaruhi ekonomi daerah bahkan negara.
”Di Jawa Tengah itu, PAD-nya Jawa Tengah 68 persen dari tekstil. Bayangin. Kalau sampai itu tidak diseriusin. Jadi, sebagaimana saya bilang, justru untuk industri ini kita perkuat, kita maksimalkan,” pungkasnya.
Sumber: Humas DPR RI | Editor: Intoniswan
Tag: tekstil