Bunda Harum dan Bu Wagub Asik Membatik di Pameran Kriya Etnik Kaltim

Ketua Dekranasda Kaltim Sarifah Suraidah Harum dan Wakil Ketua Dekranasda Kaltim Wahyu Hernaningsih Seno asik membatik di Pameran Kriya Etnik, Balikpapan di Balikpapan dari 22-23 April 2025. (Foto: Dekranasda Kaltim/Niaga.Asia)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Di antara deretan meja kayu yang tertata rapi, nampak banyak sekali kain putih membentang dengan ukiran garis-garis halus disetiap helainya. Aroma malam pun menyeruak dari sentuhan tangan-tangan yang mencintai warisan budaya.

Pemandangan ini menjadi bagian dari gelaran Pameran Kriya Etnik Kalimantan Timur 2025, yang berlangsung di Kota Balikpapan dari 22-23 April 2025. Namun, yang membuat pameran ini istimewa bukan hanya keragaman kriya yang ditampilkan, tetapi kehadiran dan keterlibatan langsung para tokoh perempuan di balik Dekranasda Kaltim.

Ketua Dekranasda Kaltim, Sarifah Suraidah Harum yang hadir mengenakan gaun kuning bermotif Dayak terlihat tersenyum hangat. Ia menggenggam canting dengan hati-hati, dan menorehkan titik-titik hitam pekat di atas pola emas yang telah digambar.

“Jadi, kita membatik,” katanya sambil melirik ke arah pengunjung yang mengelilinginya.

“Ini batiknya khas Berau. Kearifan lokal,” tambah Bunda Harum, sapaan akrabnya.

Suasana pameran kriya ini terasa akrab dan bersahabat. Tak ada jarak antara pejabat dan para pengrajin. Semua larut dalam semangat yang sama, yakni saling berkomitmen untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya dari nenek moyang.

Di sudut lain, Wakil Ketua Dekranasda Kaltim Wahyu Hernaningsih Seno pun terlihat anggun dengan kebaya putih yang dipadukan rok Batik Wastra Nusantara. Ia juga nampak larut dalam proses membatik menemani Bunda Harum.

Istri Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim ini juga mengaku terkesan dengan keindahan batik khas daerah. “Batik Berau ini masyaAllah bagus banget,” ungkapnya penuh semangat, seraya terus melanjutkan proses membatik.

Menurut Bu Wagub, satu tetes malam yang ia goreskan dalam sehelai kain putih ini menjadi bagian dari cerita nenek moyang. Setiap motif yang tercipta bukan sekadar ornamen visual, melainkan simbol kehidupan, filosofi, dan perjalanan sejarah masyarakat Kaltim.

“Di sini ada makna tentang alam, tentang adat, bahkan tentang doa-doa yang dulu mungkin diucapkan dalam sunyi oleh para leluhur,” imbuhnya.

Tak hanya para tokoh, para pengunjung pun tampak antusias melihat proses membatik. Mereka belajar tentang teknik pewarnaan alami hingga menyimak kisah-kisah di balik tiap corak kain.

Pameran ini tidak hanya menjadi ajang untuk menampilkan karya para pengrajin, tetapi juga sebagai tempat untuk menyatukan kreativitas, edukasi, dan rasa cinta terhadap identitas lokal.

Bunda Harum dan Bu Wagub terlihat bahagia mencicipi sensasi membatik yang prosesnya dijaga turun-temurun oleh para pengrajin. Dan di balik sehelai kain yang mereka warnai, tersimpan harapan agar batik Kaltim tak hanya dilirik, tapi juga dicintai masyarakatnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: