China Lockdown Kota Xi’an Jelang Olimpiade Musim Dingin

Warga memakai masker wajah untuk melindungi diri dari COVID-19 berjalan melintasi jembatan penyeberangan di kawasan pusat bisnis di Beijing, Kamis (23/12). China memutuskan lockdown kota Xi’an berpenduduk 13 juta jelang Olimpiade musim dingin (Foto : AP/Mark Schiefelbein)

BEIJING.NIAGA.ASIA – China melakukan karantina wilayah (lockdown) kota Xi’an berpenduduk 13 juta orang pada Kamis (23/12), untuk menanggulangi infeksi COVID-19. Kebijakan itu keluar hanya beberapa minggu sebelum ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Dingin.

Pembatasan di kota timur laut, Xi’an, mulai berlaku pada Rabu tengah malam, tanpa kabar kapan akan dicabut. Kebijakan itu adalah beberapa yang paling keras sejak China memberlakukan hal yang sama tahun lalu pada lebih dari 11 juta orang di dalamnya, dan sekitar kota Wuhan, tempat virus corona pertama kali terdeteksi pada akhir 2019 lalu.

Satu orang dari setiap rumah tangga akan diizinkan keluar setiap dua hari untuk membeli kebutuhan rumah tangga, menurut perintah pemerintah.

Anggota keluarga lainnya diharuskan tinggal di rumah, meskipun aturan itu tidak ditegakkan secara ketat, menurut posting media sosial. Orang-orang yang kebetulan menginap di hotel pun harus bertahan di dalam hotel.

Tidak ada kabar apakah kenaikan kasus baru itu berasal dari varian omicron yang baru-baru ini diidentifikasi sebagai varian yang disebut lebih menular, dan mendorong lonjakan di banyak bagian dunia – atau dari versi sebelumnya yakni varian delta. China telah melaporkan hanya tujuh kasus omicron sejauh ini, tetapi tidak ada kasus Omicron di Xi’an.

Meskipun wabah terbaru itu berada 1.000 kilometer (sekitar 620 mil) barat daya kota tuan rumah Olimpiade Beijing, akan menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana negara itu akan menyambut ribuan atlet, ofisial, dan jurnalis, ketika Olimpiade Beijing dibuka hanya dalam beberapa minggu, tepatnya 4 Februari 2022 mendatang.

Di satu sisi, ada sejumlah besar kebanggaan nasional dan investasi saat Olimpiade dan hanya sedikit yang menginginkan pembatalan, penundaan, atau penataan ulang persiapan Olimpiade.

Kebijakan memang mengakibatkan gangguan aktivitas perjalanan dan perdagangan. Namun demikian Beijing menganggapnya sebagai cara yang baik untuk menahan penyebaran COVID-19. Secara keseluruhan, China telah melaporkan 4.636 kematian dan 100.644 kasus COVID-19.

Xi’an – ibu kota provinsi Shaanxi, terkenal dengan peninggalan kekaisarannya, serta pusat industri utama, melaporkan 63 kasus yang ditularkan secara lokal pada hari Kamis (23/12), menjadikannya 211 kasus dalam sepekan terakhir.

China juga menangani wabah virus corona yang substansial di beberapa kota di provinsi timur Zhejiang dekat Shanghai, meskipun tindakan isolasi di wilayah itu ditargetkan tidak meluas.

“Kami tidak menerima tamu baru, dan tidak ada tamu yang hadir yang diizinkan meninggalkan hotel,” kata seorang resepsionis di Hotel Hanting di Xi’an, yang hanya memberikan nama keluarganya, Li, dikutip Niaga Asia dari laman Associated Press, Jumat (24/12).

“Staf dan tamu harus dites setiap dua hari. Akan ada dampak pada bisnis kami, dan kami tidak tahu berapa lama itu akan bertahan,” ujar Li menambahkan.

Pemilik toko buku lokal mengatakan dia telah tutup 10 hari sebelumnya, lantaran khawatir memburuknya situasi epidemi

“Saya sekarang tinggal di rumah menonton televisi.” kata pemilik toko buku itu, yang hanya memberikan nama keluarganya, Xiao.

Xiao menerangkan aktivitas di luar permukimannya memerlukan izin dari komite lingkungan setempat.

“Saya pikir situasinya akan menjadi lebih baik pada akhirnya, dan saya tidak khawatir sama sekali karena kita memiliki pemerintah di belakang kita,” kata Xiao.

Sumber : Associated Press | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: