Enam Belas Proyek CCS/CCUS Ditargetkan Beroperasi Sebelum 2030

Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Mirza Mahendra dalam Talkshow CCS Sebagai Teknologi Untuk Offset Emisi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) di Kantor LEMIGAS Jakarta (2/2/23). (Foto Kementerian ESDM)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Teknologi Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon yang dikenal dengan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) dapat menjadi solusi peningkatan produksi migas untuk mendukung target 1 juta barel per hari minyak bumi dan 12 miliar kaki kubik per hari gas bumi tahun 2030, sekaligus mendukung pengurangan emisi menuju Net Zero Emission pada tahun 2060.

“Saat ini terdapat 16 proyek CCS/CCUS di Indonesia yang masih tahap studi dan persiapan, dan sebagian besar ditargetkan beroperasi sebelum 2030,” ujar Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Mirza Mahendra dalam Talkshow CCS Sebagai Teknologi Untuk Offset Emisi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) di Kantor LEMIGAS Jakarta (2/2/23).

Lebih lanjut Mirza menjelaskan Kementerian ESDM telah menyiapkan rancangan Peraturan Menteri terkait Penyelenggaraan CCS/CCUS yang saat ini masih tahap harmonisasi antar-Kementerian. “Yang paling signifikan yaitu CCUS Tangguh BP Berau yang telah mendapatkan persetujuan Plan of Development. Selain itu juga ada Pilot Test Huff and Puff CO2 Injection oleh Pertamina di Lapangan Jatibarang masih skala sumuran namun hasilnya sangat menggembirakan,” tambahnya.

Acara talkshow tersebut merupakan bukti sinergi Pemerintah, Asosiasi dan Pelaku Usaha dalam mendukung percepatan CCS/CCUS di Indonesia. Ketua IATMI, Raam Krisna mengungkapkan, “Acara hari ini sebagai wadah bagi para pakar dan pemangku kepentingan untuk berdiskusi bersama dan memberikan pandangan dalam upaya pengembangan potensi CCS/CCUS, termasuk terkait potensi carbon trading untuk mendukung keekonomian proyek CCS/CCUS”.

Acara tersebut menghadirkan dua pembicara dari ExxonMobil dan LEMIGAS. Prasanna V. Joshi dari ExxonMobil menuturkan, “Kunci dari kesuksesan proyek CCUS yaitu kolaborasi, skala, biaya, serta keamanan dan manajemen resiko. Apabila semua aspek tersebut sudah terperhitungkan dengan baik, maka program CCUS akan sukses”.

Sementara itu, Dadan Damayandri menerangkan bahwa LEMIGAS telah banyak melakukan studi CCUS dari tahun 2003 hingga saat ini, termasuk dengan Japex Jepang dan Pertamina. “Kedepannya LEMIGAS akan melakukan studi pemetaan potensi Depleted Reservoir dan Saline Aquifer untuk CCS/CCUS Hub dan Clustering, serta studi pemanfaatan karbon untuk produksi metanol hidrogen biru dan mendukung Ditjen Migas dalam merumuskan kebijakan mengenai CCS/CCUS,” pungkas Dadan. (KO)

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: