Cerpen Karya: Efrinaldi

Pergilah aku ke laboratorium. Dua orang asisten peneliti sedang melakukan percobaan. Seorang bernama Susi sedang melakukan reformulasi tablet. Sedangkan satunya lagi bernama Ratna sedang membuat sirup.
Laboratorium itu tidak terlalu luas, tetapi sangat apik. Ada satu mesin tablet, mesin pengaduk sirup, sejumlah lumpang dan alu, penangas air da bermacam-macam wadah gelas. Aku menuju laboratorium farmakokinetika. Ada seperangkat alat disolusi yang masih tergolong alat baru di industri farmasi masa itu. Tidak ada pekerjaan di sana.
Aku menuju perpustakaan. Berjumpa dengan petugas perpustakaan yang merangkap staf registrasi bernama Sumas. Perpustakaan termasuk luas, yaitu berukuran 4 x 8 meter. Banyak buku teknologi farmasi dan analisis terbitan tahun 80-an akhir. Kebanyakan terbitan USA. Itulah jendela utamaku selanjutnya, sejak waktu itu belum ada internet.
Tidak lama kemudian, datanglah manager produksi. Kami ngobrol di perpustakaan. Namanya Pak Arief. Orangnya bersahaja dan suka tertawa. Beliaulah orang yang banyak aku berhubungan kerja selanjutnya bila ada percobaan di ruang produksi. Sebentar kemudian bergabung manager QC, namanya Pak Tulus. Orangnya serius dan terlihat mimik mukanya seperti berpikir terus. Setelah akrab, ternyata beliau suka tertawa ngakak bila ada yang lucu.
Serine berbunyi. Rupanya itu tanda pulang. Aku disamperi Mbak Cici yang menjadi peneliti analisis.
”Efri, mari kita pulang.” katanya.
“Kita pulang diantar mobil perusahaan yang sama karena jalannya searah.” lanjutnya.
“Oh, ya, Mbak. Baiklah,” kataku sambil mengemasi tas kerjaku.
Kami pun pulang diantar mobil mini bus berwarna putih.
Setiba di tempat kost, aku masuk kamar meletakkan tasku. Aku pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan kemudian shalat asar.
Kamarku ada tempat tidur, lemari pakaian dan meja tulis.
Aku ke luar kamar. Bangunan kostku adalah bangunan berlantai dua. Ada delapan kamar di lantai atas dan delapan kamar di lantai bawah. Kamarku ada di lantai atas. Aku menuju ruang tamu bersama. Di situ ada televisi. Tidak ada orang di sana, rupanya penghuni kost belum pulang kerja.
Aku kembali ke kamar. Datanglah seorang anak muda.
“Selamat sore, Bang!” sapanya.
“Aku Akuy, yang mengurus rumah ini.” katanya.
“Salam kenal, saya Efri.” kataku memperkenalkan diri.
Dia sudah tahu perihal aku sebab, sudah dikontak orang perusahaan tempatku bekerja. Kamar itu disewa Rp. 75 ribu per bulan, dibayari kantorku. Aku kaget alang kepalang sebab terasa sangat mahal, sejak sebelumnya aku hanya menerima kiriman uang dari orang tuaku sebesar Rp 75 ribu sebulan untuk semua keperluanku. Akuy kemudian menawariku untuk langganan makanan “catering” untuk makan malam saja. Aku memesan untukku, dengan harga Rp 30 ribu sebulan.
Malamnya telah banyak penghuni berkumpul di ruang tamu. Aku bergabung dan memperkenalkan diri. Mulailah aku kenal penghuni rumah itu. Ternyata sebagian besar adalah karyawan perusahaan farmasi yang bekerja sebagai “medical representative”.
Mulai ada teman akrab di tempat kost. Jimmy, seorang “medical representative” di Astra, suka mengajakku mengobrol. Dia orangnya supel, maklum orang marketing. Jimmy akhirnya menjadi teman terakrabku. Kemudian aku suka diajaknya ikut kunjungan ke dokter di malam hari. Tentu aku tak ikut masuk bertemu dokter. Lumayan, bisa cuci mata jalan-jalan di malam hari dengan motor Vespanya.
Syukurlah aku sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja dan tempat tinggal.
Tag: Cerpen