Jaya Mualimin: Saya Agak Keras Minta Manajemen RSUD AW Sjahranie Berbenah

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Dinas Kesehatan Kaltim memastikan terbuka dengan masukan dan aduan, terkait pelayanan kesehatan rumah sakit yang ada di Kaltim. Penegasan itu sebagai respons pelayanan RSUD AW Sjahranie yang kembali sempat disorot soal kabar pengusiran pasien bayi 1 tahun 4 bulan, Selasa 22 April 2025 lalu

Informasi diperoleh niaga.asia, bayi itu bernama Radeva. Kabar dugaan pengusiran saat itu mencuat setelah orang tuanya menolak revisi pemasangan alat medis pada bayi Radeva.

Radeva sendiri adalah pasien dengan kelainan jantung bawaan. Dia juga harus menjalani operasi sedot cairan dari dalam otaknya, sehingga diperlukan selang pada otak, untuk mengeluarkan cairan itun

Kepala Instalasi Humas RSUD AW Sjahranie, Arysia Andhina menepis kabar pengusiran bayi Radeva. Menurutnya, yang terjadi hanya kesalahpahaman.

“Tidak benar ya. Kita masih koordinasi dengan manajemen rumah sakit,” kata Arysia dikonfirmasi niaga.asia.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin mengatakan bahwa sebagai pembina dan pengawas publik terutama di bidang kesehatan, Dinkes Kaltim intens melakukan pengawasan agar kejadian ini tidak terjadi lagi ke depannya.

“Apalagi sekarang Gubernur Kaltim mencanangkan program layanan gratis yang bermutu,” kata Jaya kepada niaga.asia, Jumat 25 April 2025.

Jaya menerangkan RS haris memberikan pelayanan terbaik bagj masyarakat Kaltim. Berkaitan kejadian pada pasien Radeva, Jaya mengaku sudah mengonfirmasi langsung ke Plt Direktur RSUD AW Sjahranie, Indah Puspitasari

“Saya menanyakan ke Plt Direktur AW Sjahranie kenapa kejadian tidak memuaskan ini bisa berulang?” ujarnya.

Menurut Jaya, dari penjelasan Plt Direktur RSUD AW Sjahranie, yang terjadi pada bayi Radeva bukanlah pengusiran, melainkan hanya ada miskomunikasi antara pasien dan dokter spesialis yang menanganinya.

Meskipun begitu, Jaya menegaskaan seharusnya sebagai dokter spesialis, wajib mengedepankan komunikasi yang baik kepada pasien.

“Adakah cara komunikasi yang lebih baik dari pernyataan menyuruh pulang, karena menolak satu tindakan? Tentu ini sudah saya tegur,” terang Jaya.

“Tidak bagus komunikasi kepada pasien yang notabene-nya mitra, karena mereka datang berobat (ke RSUD AW Sjahranie pun mereka sudah dijamin pemerintah melalui JKN (jaminan kesehatan nasional),” tegas Jaya.

Jaya sendiri sudah meminta agar pihak RSUD AW Sjahranie, dapat lebih memperhatikan tata cara komunikasi yang lebih baik kepada pasien.

“Saya agak keras meminta rumah sakit memperbaiki komunikasi dengan masyarakat. Tolong kalau ada keluarga yang menolak tindakannya bukan tidak mau, mungkin ada sesuatu yang belum dikomunikasikan,” jelas Jaya.

“Tapi bukan berarti disuruh pulang, padahal keluarga belum ada menyetujui,” tambahnya.

Saat ini, lanjut Jaya, dipastikan pasien Radeva masih dalam perawatan di RSUD AW Sjahranie. Ke depannya, Dinkes Kaltim akan melakukan pembahasan dengan pihak RSUD AW Sjahranie dan menyampaikan beberapa hal terkait komunikasi empati kepada pasien.

“Tenaga kesehatan selalu berlindung pada SOP (standar operasional prosedur). Padahal masih ada padanan bahasa, agar kedua belah pihak tidak merasa dizalimi,” tegas Jaya.

“Perlu komunikasi yang baik dengan pelanggan, bukan karena SOP namun dibilangin pulang aja. Tentu pasien menginginkan pelayanan nyaman, aman, dan tenang,” terang Jaya.

Oleh karena itu, Jaya juga sudah meminta manajemen RSUD AW Sjahranie terus berbenah, mengelola komunikasi lebih efektif dan empati.

“Tapi kalau ketus kesannya kurang sopan, pasti masyarakat merasa kurang nyaman dan menciptakan kekeliruan di masyarakat,” demikian Jaya.

Jaya mempersilakan masyarakat mengadukan layanan RS di Kaltim, melalui kotak pengaduan Kantor Dinas Kesehatan Kaltim. Dia pun memastikan menindaklanjuti setiap aduan yang diterima.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: