Kisah Anak di Nunukan yang Terlantar Gegara Kedua Orang Tuanya Dipenjara

Kedua anak dari AS tersangka kasus sabu kini dirawat warga sekitar (Budi Anshori/niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA — Penangkapan seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), AS (40), warga Jalan Hasanuddin RT 09 Kelurahan Nunukan Utara, Kecamatan Nunukan, sebagai tersangka kepemilikan 4 bungkus sabu menimbulkan masalah baru bagi kedua anaknya, berusia 10 tahun dan 10 bulan.

Kedua anak itu kini terlantar hingga mengundang simpati warga sekitar. Sejumlah warga sepakat keduanya sementara waktu menjadi tanggung jawab bersama-sama warga.

“Ibunya baru ditangkap polisi kasus sabu bertepatan Iduladha Kamis 29 Juni 2023. Kalau bapaknya sudah lama masuk penjara kasus sabu juga,” kata Ira, warga Jalan Hasanuddin, Nunukan Utara, dalam perbincangan bersama niaga.asia, Rabu 5 Juli 2023.

Sejak sang ibu ditangkap kepolisian, warga berinisiatif merawat kedua anak itu dengan menitipkan di rumah Ira, yang berada tidak berjauhan dengan rumah AS. Warga juga membuka donasi untuk biaya kebutuhan kedua anak.

Ira bercerita, kedua anak yang ditinggalkan ibunya dalam keadaan sangat tidak terawat dan kemungkinan sudah beberapa hari tidak mandi. Itu terlihat dari kotoran yang melekat pada pampers bayi usia 10 bulan.

“Badannya kotor, pampers-nya penuh dengan kotoran, rambutnya juga panjang kusut-kusut. Mungkin selama ini kurang dirawat ibunya,” ujar Ira.

Warga sendiri memaklumi keadaan bocah tidak mendapat perawatan dan perhatian ibunya. Sebab kondisi sang ibunya sendiri bisa dikategorikan sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Berkaitan itu membuat kondisi rumah tempat tinggalnya sangat tidak terurus. Selain itu terdapat banyak pecahan kaca, dan kotoran sampah lainnya berserakan di lantai dalam rumah itu.

“Di badan anak paling kecil terdapat bekas luka sulutan rokok dan bekas luka kaca. Mungkin anak ini main-main di lantai kena pecah kaca atau rokok,” ungkap Ira.

Sebelum ditangkap polisi, AS setiap bulannya mendapat suntikan obat dari tenaga kesehatan Puskesmas Nunukan. Pemberian obat rutin itu dikarenakan AS memiliki penyakit kejiwaan, yang terkadang mengamuk dan berperilaku aneh.

Baca jugaAlasan Anaknya Belum Makan, IRT di Nunukan Nekat Jualan Sabu dan Curi Kotak Amal

AS bahkan pernah menganiaya bayinya dan meletakannya di tepi jalan. Perlakuan kejam itu sering kali dilihat anaknya yang berusia 10 tahun. Bahkan sang kakak pernah berteriak meminta ibunya tidak memukul adiknya.

“Anaknya yang besar sayang sekali sama adiknya. Setiap jam dijaganya, kadang bermain berdua diajak berbicara dan digendong,” terang Ira.

Ira mengaku ikhlas merawat kedua anak itu, apalagi suaminya yang bekerja di laut sudah mengizinkan. Begitu pula orang tua Ira, menerima kedatangan kedua anak itu untuk diasuh layaknya keluarga sendiri.

Persoalan biaya dan tuntutan hidup diduga sebagai pemicu AS kerap kali mencuri barang milik warga dan kotak amal masjid. Perbuatan berulang-ulang itulah yang membuat masyarakat resah hingga melaporkannya ke polisi.

“AS ini dua kali menikah, anak paling besar dari suami pertama, anak paling kecil dari suami kedua. Waktu suami kedua masuk penjara, AS sedang hamil,” jelas Ira.

Ketua RT 09 Jalan Hasanuddin, Kecamatan Nunukan, Edi Rahmat mengaku telah melaporkan kondisi kedua anak itu, sekaligus meminta pengobatan dan rehabilitasi terhadap AS kepada Dinas Sosial Kabupaten Nunukan.

“Maksud kami itu, jangan hanya ibunya diperhatikan untuk pengobatan, kehidupan anaknya juga harus dipikirkan. Kasihan anak-anak ini sering dipukul ibunya,” kata Edi.

Keprihatinan warga terhadap kehidupan AS bersama anaknya ditunjukkan dengan tidak mempersoalkan perkara pencurian yang dilakukan AS. Namun karena perbuatannya berulang-ulang, warga akhirnya mengambil tindakan.

Maksud warga melaporkan AS ke polisi hanya sebatas memberikan tindakan peringatan. Namun tidak disangka AS memiliki narkotika sabu di saku kantong baju jaketnya, sehingga diduga kuat ikut terlibat dalam peredaran narkoba.

“Sebenarnya kita tidak persoalkan pencurian itu. Kami bahkan ada rencana mengumpulkan dana untuk membantu keluarga ini,” demikian Edi Rahmat.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Saud Rosadi

Tag: