Kunjungi Sebatik, Dubes RI Untuk Malaysia Ditanya Warga Soal Garis Batas Negara

Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono menandatangani kenang-kenangan saat berkunjung ke Posal Sei Pancang Sebatik, didampingi Danlantamal XIII Laksma TNI Edi Krisna Murti bersama Danlanal Nunukan Letkol Laut (P) Arief Kurniawan Hertanto (Foto : istimewa/Niaga Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Belum adanya kepastian hukum batas negara antara Indonesia dengan Malaysia di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan hasil pengukuran ulang, ditanyakan masyarakat kepada Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono, Sabtu (18/12).

Tokoh masyarakat Kecamatan Sebatik, H. Herman mengatakan, pengukuran ulang garis batas dua negara RI-Malaysia, hendaknya diselesaikan cepat agar masyarakat maupun pemerintah daerah memiliki kepastian terhadap batas lahan yang masuk ataupun keluar dari wilayah Indonesia.

“Masyarakat siap melepas lahan dan bangunannya yang masuk Malaysia, cuma tetap berharap ada ganti untung dari pemerintah atas hilangnya hak kepemilikan mereka,” kata Herman.

Pertemuan antara masyarakat dengan Dubes digelar di Pos TNI AL (Posal) Sei Pancang Sebatik, dihadiri Danlantamal XIII Laksma TNI Edi Krisna Murti, Danlanal Nunukan Letkol Laut (P) Arief Kurniawan Hertanto, Dandim 0911/Nunukan Letkol Czi Eko Pur Indriyanto, Kapolres Nunukan AKBP Ricky Hedianto serta Dansatgas RI-Malaysia Letkol Arm Yudhi Ari Irawan.

Menurut Herman, pengukuran ulang batas negara yang hingga kini belum memiliki kejelasan berpotensi menimbulkan polemik antar masyarakat yang tinggal di garis perbatasan.

Sebagai contoh, Malaysia ingin membangun jalan di jalan tersebut namun dilarang warga Sebatik.

“Sebaliknya, masyarakat Sebatik juga hendak mengelola lahan sawit di lahan Malaysia dilarang. Meski dalam hasil pengukuran lahan tersebut masuk dalam wilayah perbatasan Indonesia di pulau Sebatik,” ungkap Herman.

WNI maupun warga negara Malaysia sama-sama mau menggarap lahan dengan memanfaatkan hasil pengukuran ulang, tapi dilarang karena belum ada kepastian antara dua negara.

Selain menyampaikan permasalahan batas negara, Herman menyampaikan sudah lebih 5 tahun masyarakat Sebatik, kesulitan hendak berangkat ke Tawau, Malaysia, dikarenakan tidak adanya perizinan atau pelayaran kapal resmi yang dibuka oleh dua negara.

Padahal kata dia, jarak tempuh penyeberangan speedboat dari Sebatik menuju Tawau hanya berkisar 15 menit.

“Sekarang warga Sebatik yang hendak ke Tawau harus ke Nunukan dulu, karena hanya di Nunukan ada penyeberangan resmi ke Malaysia,” terangnya.

Herman juga menyarankan agar Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang masa aktif paspor telah habis dan ingin memperpanjang dokumennya agar dikembalikan ke Indonesia atau wilayah terdekat di Kabupaten Nunukan.

“Dulunya penerbitan paspor tenaga kerja di Nunukan, sekarang Konsulat Tawau juga bisa bikin. Kalau bisa PMI tidak berdokumen dikembalikan ke Nunukan dibuatkan paspor,” ujarnya.

Menanggapi permintaan masyarakat, Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono menyebutkan kunjungan kerja ke Sebatik adalah sebagai observasi langsung dan sekaligus mempelajari kondisi wilayah perbatasan.

“Saya sangat menghargai saran dan pendapat masukan bapak ibu yang mengetahui langsung kondisi sempadan,” tuturnya.

Sebelum tiba di Sebatik, Hermono menuturkan sempat meresmikan dua Community Learning Center (CLC) tempat belajar anak-anak PMI di ladang sawit Malaysia, dan sekaligus melihat pelayanan 300 dokumen paspor.

“Saya dulu beberapa kali ke Nunukan tapi tidak sempat ke Sebatik. Kantor saya dulunya di BP2MI Nunukan,” bebernya.

Hermono meminta masyarakat dan petugas di Kabupaten Nunukan, untuk lebih melakukan penguatan keimigrasian, mencegah orang ke luar maupun masuk secara tidak resmi di tengah merebaknya wabah pandemi.

Hal ini katanya dilakukan sebagai tindak lanjut hasil rapat bersama pemerintah pusat bersama Pangdam yang intinya, menginstruksikan pengetatan masuknya orang lewat jalur tidak resmi yang dikhawatirkan membawa virus dan barang ilegal.

“Kita paham tidak mudah melaksanakan ini, banyak jalur di sepanjang wilayah perbatasan, banyak sekali sungai-sungai di Indonesia terhubung ke Malaysia,” tuturnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: