Mandau, Senjata Keramat dan Tradisional Dayak

Ilustrasi

MANDAU sangat dikenal sebagai senjata tradisional Kalimantan dan dianggap sebagai benda keramat bagi yang mempercayainya. Dimiliki semua sub-suku Dayak. Mandau pusaka dikenakan khusus pada upacara adat, atau sebagai bagian busana kebesaran.

Menurut tokoh Dayak, Tjilik Riwut dalam bukunya “Membangun Kalimantan”, mandau mempunyai nama asli Mandau Ambang Bidang Bintang Pono Ajun Kalau, merupakan benda pusaka yang mempunyai nilai religius dan diwariskan secara turun temurun, dirawat pemiliknya dengan baik.

Dalam buku “Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur” Dewan Kesenian Daerah Kaltim, disebut mandau juga bermakna memotong dengan benda panjang. Mandau dalam bahasa Dayak Bahau disebut malaat, sedang dalam bahasa Dayak Oneng disebut olok.

Ada tiga jenis olok, olok eton yang diyakini sebagai pusaka, olok daya yang digunakan untuk memotong kayu ulin untuk dijadikan sirap (atap) dan olok kokom untuk menebas pohon di hutan dan di ladang.

Dalam catatan perjalanan Carl Bock (1878) di Kalimantan dalam bukunya Head Hunters of Borneo, memaparkan mandau sebagai senjata utama  orang Dayak untuk berburu kepala (ngayau).

Biasanya orang Dayak memiliki empat sampai enam buah mandau yang digantung di dinding rumah. Senjata ini senantiasa disimpan dalam sarung dengan bilah yang diminyaki, mencegah karat.

Bilah mandau hanya memiliki satu sisi tajam,  biasanya lurus, satu inci di bagian bawahnya tebal dan selanjutnya pipih hingga ujung sisi tajam bilah.

Secara fisik mandau terbagi beberapa bagian, yakni kepala atau hulu, bilah dan kumpang (sarung). Kepala mandau dibuat dari tanduk payau berukir, berbentuk burung Enggang. Mata mandau yang dibuat dari besi disebut kamang.

Pada masa lampau, bilah mandau dibuat dari besi batu gunung, tapi sekarang lebih banyak mengunakan besi yang berkualitas. Terkadang juga menggunakan bahan dari besi kuning. Ada juga mandau menggunakan bahan dari batu-batuan, yakni batu sanaman mantikei. Di Kaltim batu itu diperoleh di Paser dan Long Tepati dan Long Pahangai (Mahulu).

Mandau memang dianggap sebagai benda keramat. ihwal itulah yang membuat munculnya rumor tentang mandau terbang pada peristiwa konflik etnis di Kalbar dan Kalteng, puluhan tahun lalu.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan

Tag: