
BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Suasana pameran Kriya Etnik Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) di Kota Balikpapan semakin semarak dengan kehadiran tokoh-tokoh perempuan hebat yang peduli terhadap pelestarian budaya Indonesia, termasuk di Tanah Borneo.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah busana yang dikenakan oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kaltim, Sarifah Suraidah Harum, yang tampil dengan memadukan sulam tumpar khas dari Dayak Tunjung Benuaq Kutai Barat dan Sarung Samarinda.
Busana tersebut diberi nama “Pesona Mahakam”, mencerminkan perpaduan dua budaya khas Kaltim yang sarat makna dan menunjukkan semangat serta keceriaan.
“Sekarang saya menggunakan wastra dari Kaltim. Ini dari desainer lokal kita, kombinasi antara Sarung Samarinda dan sulam tumpar,” ujarnya, Rabu (23/4).
Bunda Harum, sapaan akrab istri Gubernur Kaltim itu, sesekali membetulkan selendang di pundaknya. Ia tersenyum sangat bangga saat menyebutkan bahwa karya ini adalah simbol semangat melestarikan budaya di tengah modernitas.
“Tugas kita adalah memperkenalkan karya-karya hebat dari perajin maupun designer lokal agar tidak hanya dikenal di dalam daerah, tapi juga bisa menembus pasar nasional bahkan internasional,” katanya.
Di sisi lain, kehadiran Wakil Ketua Harian II Dekranas, Sri Suparni Bahlil, pun menambah semarak acara hari itu. Ia berjalan pelan di antara stan, sesekali berhenti, menyapa dan memuji hasil karya para perajin yang sebagian besar perempuan.
Matanya berbinar saat melihat barisan kalung manik-manik hasil buatan para pemula.
“Saya suka fashion, dan asesoris-asesoris di sini luar biasa. Manik-manik ini dibuat oleh wirausaha baru. Baru pertama kali buat, tapi hasilnya sudah bagus. Ini harus kita dukung dengan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan,” tuturnya antusias.
Sri Suparni tidak hanya datang untuk melihat-lihat. Ia juga membawa semangat kolaborasi antara pusat dan daerah, serta kenangan panjang tentang bagaimana kerajinan dari Kalimantan pernah ia kenalkan ke dunia.
“Tahun 2022 saya bawa 500 manik shawl ke Swiss, 200 kilo naik pesawat. Itu bukti betapa potensinya memang sangat luar biasa sekali. Maka dari itu, kita harus sama-sama gencar mempromosikan kerajinan ini,” kenangnya.
Menurutnya, tidak ada salahnya membantu mempromosikan kerajinan manik-manik dari Kalimantan ini ke internasional. Pasalnya kata Suparni, para WNA di sana itu sangat antusias melihat kriya-kriya tersebut.
“Besar sekali antusias mereka, karena mereka kan lihatnya unik gitu. Nah, mari kita sama-sama berkolaborasi mempromosikan potensi seluruh daerah khususnya di Kaltim,” ajaknya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: Industri KreatifManik-manik