Masifnya Bukaan Lahan Berkontribusi Besar Akibatkan Banjir di Samarinda

Kepala BWS Kalimantan IV Samarinda Yosiando Radi Wicaksono saat memaparkan hasil pantauan penyebab banjir di Samarinda di Balai Kota, Kamis 30 Januari 2025. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda menyebutkan salah satu penyebab banjir di beberapa titik Samarinda yakni adanya aktivitas pembukaan lahan signifikan beberapa titik di Samarinda, sehingga daerah resapan air semakin berkurang.

Kepala BWS Kalimantan IV Samarinda Yosiandi Radi Wicaksono memaparkan, berdasarkan hasil pantauan menyeluruh BWS Kalimantan IV Samarinda, penyebab awal banjir di kota Samarinda, karena tingginya curah hujan pada hari Minggu 26 Januari 2025 di daerah Desa Budaya Pampang, Samarinda Utara, dan sekitarnya.

“Dari pantauan kami, curah hujan lumayan ekstrem pada hari Minggu itu, sehingga terjadi kenaikan tinggi muka air di Bendungan Lempake, di mana debit air mencapai 8,15 meter ini setara dengan aliran sekitar 65 hingga 70 meter kubik per detik yang melimpas ke Sungai Karang Mumus,” kata Yosiandi, di Teras Anjungan Karang Mumus Balai Kota Samarinda, Kamis 30 Januari 2025.

Sehari kemudian, Senin 27 Januari 2025, debit air di Bendungan Benanga di Lempake sempat menurun menjadi 7,80 meter atau setara dengan aliran sekitar 20-25 meter kubik per detik, melimpas di Sungai Karang Mumus (SKM).

Namun, pada Selasa 28 Januari 2025. Curah hujan tinggi kembali terjadi dengan intensitas sekitar 60 hingga 70 milimeter, mengakibatkan bertambahnya genangan di beberapa titik di Kota Samarinda.

Tak hanya curah hujan tinggi, Yosiandi juga menyoroti adanya penyempitan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Karang Mumus, khususnya di kawasan Jalan PM Noor dan pembangunan tanggul SKM yang belum tuntas.

“Di segmen kiri sungai belum terbangun tanggul air dan terjadi peluapan. Sedangkan segmen kanannya sudah terbangun tanggul di sepanjang sungai, dan di sebelah kanannya tidak terjadi genangan lagi,” ujarnya.

Faktor lainnya, Yosiandi menjelaskan perubahan tata guna lahan yang cukup signifikan di segmen DAS Padat Karya dan kawasan Loa Bakung Samarinda juga berkontribusi terhadap banjir di beberapa titik.

Penyempitan DAS Karang Mumus di sisi Jalan PM Noor Samarinda (Sumber BWS Kalimantan IV)

“Karena di atas terjadi pembukaan lahan cukup luas, dan berdampak pada debit run-off ketika curah hujan cukup tinggi,” ucapnya.

Selain itu, pembukaan lahan besar-besaran yang terjadi di areal hulu sungai, juga menjadi penyebab banjir di kawasan Jalan DI Panjaitan Samarinda.

“Banjir di segmen Juanda, terutama di bawah flyover yakni bottleneck adalah pemukiman atau perumahan yang terlalu menjorok ke badan sungai, sehingga mengakibatkan drainabilitas berkurang,” jelas Yosiandi.

Menanggapi kondisi ini, BWS Kalimantan IV Samarinda mengusulkan untuk membangun kolam retensi di beberapa areal bukaan lahan yang cukup besar.

“Ini salah satu opsi yang bisa dilakukan membangun kolam retensi di areal bukaan lahan yang belum teroperasi secara padat,” kata Yosiandi.

Sementara, Wali Kota Samarinda Andi Harun mengatakan, kegiatan bukaan lahan yang menjadi salah satu penyebab utama banjir di Samarinda ini perlu dilakukan upaya penegakan hukum, terlebih terhadap pelaku pembukaan lahan ilegal.

“Namun sebelum penegakan hukum, tentunya butuh pendekatan persuasif kepada pelaku usaha ataupun masyarakat melakukan yang pembukaan lahan,” demikian Andi Harun.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: