Cerpen Karya: Efrinaldi
Sepulang salat subuh di hari Minggu, aku masuk rumah. Aku membantu istri mencuci pakaian dan mencuci piring. Sementara istriku memasak. Selesai urusan itu, aku duduk-duduk di meja laptopku. Termangu sejenak dan kemudian aku berdiri.
Aku ke halaman rumah. Mentari pagi telah bersinar. Halaman dan taman bersih dan rapi. Aku bersama istri dan putraku memang rajin merawat halaman dan taman. Halaman kami ditemboki sekitar tiga meter setelah teras dan setelahnya halaman tidak ditemboki.
Sebelah kiri dan kanan halaman ada taman bunga. Ada bunga bougenville, bunga mawar, bunga adenium, bunga anthurium, bunga asoka, bunga keladi, bunga telinga gajah, bunga terompet, bunga lidah mertua.
Di depan halaman ada kebun buah-buahan dan sayur-sayuran bersisi pohon pisang, pohon pepaya dan pohon kelapa kecil.Ada juga tumbuhan bumbu dapur seperti kunyit, temulawak, jahe, daun salam, cengkeh, daun pandan. Ada sayur-mayur seperti daun singkong, talas, dan daun katuk. Di samping kebun ada jalan keluar rumah kami menuju jalan raya.
Mataku tertuju pada sekuntum mawar merah muda yang mekar. Aku memotretnya dan memposting ke WAG teman sebaya dengan judul Mawar Merah Muda Mekar Kembali. Temanku ada yang mengomentari, “Mawar Merah Muda bisa jadi inspirasi cerpenmu, Epi!”
“Aha! Benar!” ujarku.
Aku jadi ingat bahwa aku suka menganalogikan wanita dengan mawar. Aku dulu pernah mencintai wanita. Cintaku membara namun aku kemudian mendapat penolakan. Aku merasakan sakit sekali. Akhirnya, wanita itu aku juluki Si Mawar Merah.
Ada juga cinta dalam diamku dengan seseorang sewaktu aku masih kelas enam SD. Aku tertarik, namun tidak pernah terungkapkan, sampai kami berpisah setelah aku tamat SMP. Setelah aku berusia enam puluhan aku dengar dia menjanda, dan kami bertemu lagi.
Dia mengungkapkan bahwa dia mencintaiku sejak dulu. Aku terkejut, namun semuanya sudah terlambat. Aku telah tua dan memiliki istri yang setia sejak aku menikah 30 tahun lalu. Wanita itu kemudian aku juluki Si Mawar Merah Muda. Aku sangat bersyukur Si Mawar Merah Muda akhirnya menemukan jodohnya seorang duda pensiunan guru yang mencintainya.
*
Aku masuk ke rumah, mengambil pisau untuk memotong bunga mawar merah muda itu.
Aku meletakkan bunga mawar merah muda dalam vas bunga. Meletakkan di meja sofa di ruang keluarga. Istriku datang menghidangkan kopi panas. Aku menarik tangan istriku. Aku mengangkat vas bunga mawar merah muda.
“Inilah bunga yang melambangkan kasih sayang yang ingin kusematkan padamu, wahan Si Mawar Biru!”, ujarku.
Istriku yang mendapat julukan dariku Si Mawar Biru tersenyum.
“Bukankah aku telah menyayangimu sepenuh hati, Kanda?” ujarnya.
“Benar! Namun itu perlu diproklamasikan. Bunga ini jadi saksi bahwa Dinda benar-benar absah mengasihiku sepenuh hati.” ujarku.
Istriku mendekatiku, aku berdiri dihadapannya. Kami berpelukan erat. Indah dan mendamaikan sekali.
Alhamdulillah!
Tag: Cerpen