Memulai dengan Bismillah

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi

Ketika aku kecil aku termasuk rapi makannya. Menyuap perlahan-lahan, mengunyah perlahan-lahan, menelannya perlahan-lahan dan menjaga mulut tidak belepotan.

Ibu mengajarkan agar membaca bismillah. Walau aku kemudian ada yang lebih panjang doa sebelum makan, namun aku tetap hanya membaca bismillah saja.

“Bagaimana kalau lupa baca bismillah, Ibu?” tanyaku pada ibu suatu hari.

Ibu tersenyum dan berkata, “Kalau lupa membaca bismillah ketika mulai makan atau pekerjaan apapun, bacalah “bismillah min awali wal akhir’” ujar ibuku.

Pelajaran ibu itu aku ingat sepanjang hayatku sampai kini berusia 60+ tahun.

***

Ketika aku menulis awalnya adalah sekedar hobby, lebih banyak merupakan catatan harian, untuk menumpahkan uneg-uneg dan itu menyehatkanku. Kemudian, ada upaya menyelesaikan konflik batin dan konflik hubungan dengan orang lain.

Ketika ada tulisan yang mengarah pada kontraproduktif, aku berusaha menahan diri. Aku memohon ampunan dan kemudian meluruskan niat lagi. Tulisanku hendaklah berdampak positif buatku, tidak merugikan siapa pun dan bahkan seyogyanya bermanfaat buat orang lain dan diri sendiri.

Ketika buku sastra perdanaku terbit berisi kisah, puisi dan essay, aku memeriksa hati dan pikiranku. Apakah ada yang keliru? Setelah kuperiksa, tidak ada yang keliru. Hanya ada kesalahan kecil yaitu perkara kesombongan.

Aku menulis bahwa sombong kepada orang sombong adalah sedekah sebagai hadis nabi. Pada hal itu adalah pendapat ulama. Namun esensinya tetap janganlah sombong, sebab orang lain bisa membalasnya dengan kesombongan lain dan itu syah-syah saja.

***

Hidup adalah perjalanan panjang. Dan setiap memulai langkah hendaklah diawali dengan bismillah. Ada doa khusus untuk memulai berbagai aktifitas. Namun, dengan bismillah saja sudah cukup. Ketika akan bepergian ada doa yang panjang yaitu Tawakaltu alallahi la haula wala quwwata illah billah. Namun aku kadang-kadang baca bismillah saja misalnya mau menyetir mobil.

Memulai dengan bismillah mengandung arti meluruskan niat. Bila di tengah jalan ada yang melenceng, kita memohon ampunan dan melakukan koreksi yang perlu. Hendaklah istiqomah dalam berbuat/ berikhtiar. Apapun hasilnya adalah takdir. Takdir disikapi dengan rasa syukur dan sabar.

Tag: