
NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Program non uang tunai atau cashless system di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan, mulai berjalan diawali dari narapidana yang mendapatkan penghasilan dari kerja asimilasi di sektor perkebunan, peternakan dan kerajinan tangan. Mereka dibuatkan rekening bank dan ATM.
“Jadi nanti ketika mereka hendak transaksi menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC),” kata Kalapas Nunukan, Puang Dirham pada Niaga.Asia, Sabtu (17/05/2025).
Pembuatan buku rekening dan ATM dimulai dari sejumlah narapidana yang terlibat dalam program pembinaan keterampilan usaha mandiri yang menghasilkan omset bagi Lapas Nunukan.
Dari omset usaha mandiri itu, narapidana mendapatkan pembagian premi sebesar 20 persen, sedangkan bagi narapidana yang memproduksi kerajinan tangan dengan modal sendiri mendapatkan bagian 90 persen.
“Misalnya ada napi buat kerajinan tangan jam dinding dengan modal sendiri dijual di galeri Sae Lanuka Lapas Nunukan, ketika ada pengunjung beli, kami hanya mengambil premi (komisi) 10 persen,” sambungnya.
Hal yang sama berlaku bagi narapidana bekerja di sektor perkebunan dan peternakan. Hasil penjualan sayuran yang cukup melimpah ataupun ayam daging ,sebesar 20 persen diberikan ke narapidana melalui transfer ke rekening banknya.
Dirham menuturkan, keterlibatan narapidana dalam pengelolaan usaha mandiri dan pemberian premi , bertujuan membangkitkan gairah narapidana membuat kerajinan barang produktif selama menjalani masa pembinaan.
“Buku tabungannya kita simpan di arsip administrasinya. ATM dan EDC diberikan ke napi guna transaksi tambahan kebutuhan sehari-hari atau keluarganya,” terangnya.
Program non tunai Lapas Nunukan, selaras dengan program Kemenkumham yang dikenal cashless system yang bertujuan menghilangkan peredaran uang tunai dan menggantinya dengan alat pembayaran elektronik seperti kartu ATM atau e-money.
“Dengan transaksi non-tunai, pengawasan keuangan narapidana menjadi lebih ketat, sehingga potensi penyalahgunaan uang dapat ditekan,” jelasnya.
Selain sektor perkebunan dan peternakan yang sudah cukup maju, menurut Dirham, Lapas Nunukan mengelola sejumlah usaha mandiri seperti pengolahan batik, sablon, kuliner, mebel, paving blok hingga pengelasan bahan bangunan.
Sektor-sektor usaha ini dikelola secara profesional dengan harapan, para narapidana dapat memanfaatkan keahliannya dan mengisi waktu selama menjalani pidana dengan baik sembari menimba ilmu serta berpenghasilan.
“Nanti ketika mereka bebas, mereka sudah memiliki keahlian dan terpenting miliki uang tabungan bekal hidup bersama keluarga,” jelasnya.
Kunjungan TP-PKK Kaltara
Kedatangan Ketua TP PKK Provinsi Kaltara di Lapas Nunukan, Rahmawati Zainal bersama rombongan memberikan pelatihan pada narapidana secara tidak langsung membantu Lapas dalam menyiapkan narapidana terampil dan handal.
“Tadi ada 30 napi laki-laki dan 90 napi perempuan ikut pelatihan diselenggarakan TP PKK Kaltara. Kami juga menerima bantuan peralatan kerja serta bibit,” bebernya.
Saat ini, Lapas Nunukan mengelola 4 hektar lahan ketahanan pangan, sebagian hasil panen seperti sayuran dan ayam daging digunakan keperluan makan di lingkungan Lapas dan biasanya dijual ke pasar rakyat.
Potensi-potensi UMKM Lapas Nunukan sudah terbangun sejak lama. Sebagai contoh, Lapas Nunukan mengelola ternak ayam daging sebanyak 1.700 ekor, kerajinan sablon, pembuatan asbak, pembuatan gelas dari botol, mebel dan pengelasan besi.
“Kami sampaikan terima kepada Ibu Gubernur Kaltara, sudah membantu keterampilan narapidana,” tutupnya.
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: Lapas Nunukan