
TANGERANG SELATAN.NIAGA.ASIA – Dari bidang Sistem Resi Gudang (SRG), pada 2024 terdapat 280 gudang SRG yang tersebar di 29 provinsi (144 kabupaten/kota) di Indonesia. Nilai transaksi SRG pada 2024 mencapai Rp2,87 triliun atau naik 202,64 persen dibandingkan dengan 2023 yang mencapai Rp946 miliar. Pembiayaannya pun mencapai Rp1,89 triliun atau naik 199,36 persen dibandingkan dengan 2023 yang hanya sebesar Rp631 miliar.
Demikian disampaikan Kepala Bappebti, Tirta Karma Senjaya dalam konferensi pers Capaian Kinerja Bappebti 2024 dan Langkah Strategis 2025 di Tangerang Selatan, Jumat (24/1). Kegiatan ini merupakan rangkaian Outlook dan Rapat Koordinasi Bappebti Tahun 2025 pada 23—24 Januari 2025.
”Beberapa komoditas SRG yang telah mampu mendorong terjaganya inflasi, antara lain beras, bawang merah, gula, ikan, gabah. Adapun yang mendorong penguatan ekspor nonmigas, antara lain kopi, beras organik, timah, lada, ikan, rumput laut, dan telur ikan terbang,” ungkap Tirta.
Saat ini terdapat 22 jenis komoditas yang dapat menggunakan SRG berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2023 yaitu gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, rotan, garam, gambir, teh, kopra, timah, bawang merah, ikan, pala, ayam karkas beku, gula kristal putih, kedelai, tembakau, dan kayu manis.
Selain itu, pada 2024, nilai transaksi Pasar Lelang Komoditas (PLK) mencapai Rp97,15 miliar atau naik 47,18 persen dibandingkan 2023 yang hanya sebesar Rp66,01 miliar.
”Kinerja SRG dan PLK masih berpotensi untuk dikembangkan. Optimalisasi SRG dan PLK menjadi instrumen penting untuk mendukung swasembada pangan, pengamanan pasar dalam negeri, dan perluasan pasar ekspor, serta tentunya meningkatkan kesejahteraan petanidan nelayan,” imbuh Tirta.
Sedangkan di bidang PBK, total nilai transaksi pada 2024 (national value) mencapai Rp33,21 triliun atau naik 29,34 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp25,67 triliun. Komoditas transaksi multilateral dalam transaksi PBK tersebut, antara lain timah, crude palm oil (CPO), emas, kopi, kakao, dan olein.
“Sebagai evaluasi, capaian kinerja Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) tersebut memang masih didominasi transaksi bilateral, sehingga perlu terus didorong penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia, seperti CPO, olein, kopi, kakao dan pengembangan komoditas yang berpotensi dalam kontrak berjangka, antara lain nikel, karet, dan renewable energy certificates (RECs),” terang Tirta.
Capaian lainnya adalah perdagangan komoditas pasar fisik emas (secara digital) di bursa berjangka. Pada 2024, nilai transaksi perdagangan ini mencapai Rp58,3 triliun atau naik 466 persen dibandingkan 2023 yang hanya Rp10,3 triliun. Sedangkan volume transaksinya mencapai 47,4 ton atau naik 358,3 persen dibandingkan 2023 yang mencapai 10,4 ton. Hal ini dipicu karena harga emas yang baik pada2024 dan kesadaran masyarakat yang meningkat untuk bertransaksiemas fisik di bursa berjangka.
“Untuk perdagangan CPO di Bursa CPO Indonesia, volume transaksi untuk CPO futures tercatat 28.613 lot (143.065 metrik ton). Transaksi CPO ini cukup menggembirakan meskipun untuk transaksi fisik masih harus kita dorong optimalisasinya. Kinerja Bursa CPO Indonesia perlu didorong agar transaksi lebih transparan, likuid, dan terpercaya,” jelas Tirta.
Demikian pula untuk perdagangan timah murni batangan ekspor di bursa berjangka, nilai transaksinya memang mengalami penurunan. Namun, total transaksi timah murni batangan lokal pada 2024 tercatat Rp1,78 triliun atau naik 60,2 persen dibandingkan 2023 yang sebesar Rp1,11 triliun.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan
Tag: Sietem Resi Gudang