Cerpen Karya: Efrinaldi

Ketika aku ragu akan ketepatan pekerjaanku, aku bertanya pada temanku.
“Apa yang kau cari dalam bekerja?”
“Aku bekerja cari duit,” kata temanku.
“Ah, jangan naïf, ya?!” cetusku
Dia menatapku dan kemudian bertanya,
“Terus, apa lagi yang kamu harapkan,” tanya temanku.
Aku kemudian berpikir, Beruntunglah dia kalau benar demikian sederhana tuntutannya akan pekerjaan!
Kemudian aku mendapatkan pelatihan dari perusahaan tentang motivasi. Ternyata ada tiga motif dalam bekerja yaitu motif kekuasaan, motif prestasi/ pencapaian dan motif sosial/ afiliasi. Aku tertarik akan motif prestasi. Aku ingin bekerja menghasilkan karya. Soal uang adalah ikutan darinya.
Aku pun berganti-ganti tempat kerja. Tetap saja tidak membuatku merasa telah menemukan pekerjaan yang tepat, walau gajiku bertambah setiap kali aku berganti pekerjaan.
Di suatu perusahaan asing, aku mendapat saran dari direkturnya sewaktu aku pamit. Dia berkata padaku,
“Your passion in R&D. Get the job in R&D, please!,”
“Thank you, Sir!” kataku waktu itu.
Kemudian aku memang mendapatkan pekerjaan di bidang R&D. Di tempat itulah aku bekerja sampai akhir masa kerjaku selama hampir 25 tahun, sebagai peneliti, dan ditutup sebagai pelatih dalam bidang R&D setahun sebelum aku bebas tugas.
Beruntung aku muda di masa mendapatkan pekerjaan sedemikian mudah. Aku bisa melakukan pencarian pekerjaan yang tepat bagiku, pekerjaan yang benar-benar menjadi passion-ku.
Namun, saat ini, mendapatkan pekerjaan tidak selalu mudah. Sering mendapat pekerjaan saja sudah suatu keberuntungan. Alasan bekerja untuk mencari duit bisa jadi pengikat seseorang untuk tetap bekerja.
Ada fenomena masa kini yaitu orang demikian mudah kehilangan daya juang karena merasa bekerja tidak sesuai passion-nya. Ini akan berakibat akan menurunnya produktifitas secara meluas. Ingatlah, bahwa bekerja itu butuh pemaksaan diri, untuk sesuatu imbalan.
Imbalan yang terendah adalah kesukaan/ kesenangan karena sesuai hobby, bisa juga untuk memperjuangkan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, untuk suatu cita-cita menaikkan level ke jenjang lebih tinggi baik dalam pekerjaan/ karir atau pun status sosial dalam masyarakat, sesuatu berakar pada nilai spiritual yaitu bekerja dan mencari nafkah adalah ibadah sampai pada perwujudan peran ibadah bagi kemaslahatan orang banyak.
*
Passion berasal dari bahasa Latin yang makna asalnya adalah penderitaan. Orang yang memiliki passion terhadap sesuatu akan rela menderita demi apa yang dipilihnya. Namun, makna passion kemudian menjadi dangkal yaitu sekedar gairah dan kesukaan.
Kalau hanya sekedar itu, orang bisa berpaling bila gairah memudar atau menjadi tidak suka lagi karena ada satu hambatan/ gangguan.
Berbeda dengan bila ada passion dalam arti sebenarnya, orang akan bertahan karena itu pilihan hatinya dan rela menderita untuknya.
*
“Apa passion-mu kini, Uda?” tanya istriku membuatku terperanjat.
“E eh …,” kataku seperti orang ragu.
Istriku tersenyum.
“Teruslah menjadi cerpenis dan novelis. Itu adalah passion-mu. Kamu mau menghabiskan waktu dan tenagamu untuk menulis siang atau malam bila tiba inspirasimu. Kamu pun mau berjam-jam duduk merenung mencari inspirasi,” kata istriku.
“Iya! Passionku adalah adalah menjadi penulis untuk menghibur orang banyak yang penat dengan dunia yang semakin sesak ini dan menebar pesan-pesan kecil untuk mewarnai kehidupan ini,” kataku.
Istriku mengacungkan jempol. Aku pun tersenyum lebar.@
Tag: Cerpen