Pelabuhan Balikpapan dan Kariangau Pusat Kegiatan Impor Kaltim

Foto BPS Kaltim

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kegiatan impor Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang tahun 2021-2022 masih berpusat di Pelabuhan Balikpapan. Peranan Pelabuhan Balikpapan mencapai 63,78 persen terhadap total impor Kaltim  atau sebesar USD3.455,39 juta.

“Sedangkan Pelabuhan Kariangau menjadi pelabuhan dengan nilai impor terbesar kedua dengan peranan 13,07 persen. Pada posisi ketiga ada Pelabuhan Udara Sepinggan dengan peranan 8,56 persen,” ujar Kepala  Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Dr. Yusniar Juliana, S.ST., MIDEC, dalam laporan berjudul “Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Impor) Provinsi Kalimantan Timur 2022” yang dipublish BPS Kaltim, Bulan Agustus 2023.

Menurut Yusniar, impor migas di Pelabuhan Balikpapan sejalan dengan adanya kilang minyak milik PT. Pertamina yang memiliki kapasitas pengolahan minyak sebesar 260 ribu barel per hari. Nilai impor migas di Pelabuhan Balikpapan dari 10 negara utama mencapai USD2.831,10 juta, di dominasi impor dari Nigeria dengan nilai sebesar USD1.540,49 juta.

Negara asal impor terbesar kedua yang melakukan aktifitas bongkar di Pelabuhan Balikpapan adalah Azerbaijan dengan nilai sebesar USD271,54 juta. Pada urutan ketiga ada Singapura yang melakukan impor migas sebesar USD265,25 juta.

Sedangkan impor nonmigas di Pelabuhan Balikpapan dari 10 negara utama sebesar USD250,60 juta. Pelabuhan Kariangau menjadi pelabuhan yang mencatatkan nilai impor terbesar kedua di Kaltim, nilai impor migas dari 10 negara utama yang masuk melalui Pelabuhan Balikpapan sebesar USD426,14 juta yang berasal dari Korea Selatan sebesar USD388,46 dan Malaysia sebesar USD37,68 juta.

“Tidak tercatat sama sekali kegiatan impor nonmigas selama Tahun 2022 di Pelabuhan Kariangau,” katanya.

Sumber: BPS Kaltim.

Sedangkan pelabuhan Udara Sepinggan mencatatkan nilai impor dari 10 negara utama sebesar USD398,11 juta. Nilai impor migas mencapai USD27,76 juta. Sedangkan nilai impor nonmigas mencapai USD370,34 juta.

“Nilai impor migas terbesar yang tercatat di Pelabuhan Udara Sepinggan berasal dari Singapura sebesar USD24,42 juta, sedangkan Nilai impor nonmigas terbesar berasal dari Amerika Serikat sebesar USD133,16 juta,” kata Yusniar.

Golongan Barang

Menurut golongan penggunaan barang yang diimpor Kaltim selama periode tahun 2021 dan 2022, kata Yusniar, bahan baku/penolong merupakan bagian terbesar dari impor secara keseluruhan. Nilai impor bahan baku/penolong pada tahun 2021 mencapai USD2.610,42 juta dan pada tahun 2022 mencapai USD4.791,98 juta, atau naik sebesar 83,57 persen.

“Sedangkan jika dilihat dari volumenya, impor bahan baku/penolong pada tahun 2021 mencapai 3.474.299,67 ton naik 45,99 persen menjadi 5.072.183,62 ton pada tahun 2022,” imbuhnya.

BPS juga mencatat, nilai impor barang modal mengalami penurunan sebesar 13,16 persen dari sebesar USD700,93 juta pada tahun 2021 menjadi sebesar USD608,68 juta pada tahun 2022. Sedangkan jika dilihat dari volumenya, impor barang modal justru mengalami peningkatan sebesar 16,86 persen, yaitu dari 68.229,70 ton pada tahun 2021 menjadi 79.733,17 ton pada tahun 2022.

Sumber: BPS Kaltim

Perbedaan perubahan nilai dan volume pada impor barang modal disebabkan karena komoditas yang diimpor antara tahun 2021 banyak yang berbeda dengan komoditas yang di impor pada tahun 2022.

Nilai dan volume impor golongan barang konsumsi pada Tahun 2022 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Tahun 2021. Nilai impor barang konsumsi turun 5,46 persen, dari USD18,32 juta pada Tahun 2021 menjadi USD17,32 juta pada Tahun 2022. Sedangkan volumenya turun 58,30 persen, yaitu dari 1.069,39 ton pada Tahun 2021 menjadi 445,96 ton pada Tahun 2022.

Kemudian, impor Berdasar Kode HS 2 Digit Kode HS 27 atau bahan bakar mineral menjadi komoditas dengan nilai impor terbesar di Tahun 2022, yaitu sebesar USD3.671,65 juta.

“Jika dibandingkan dengan tahun 2021, impor bahan bakar mineral mengalami peningkatan sebesar 110,88 persen,” kata BPS.

Kelompok berikutnya ada HS 84 (mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya) yang nilai impornya sebesar USD900,17 juta, namun impor komoditas ini turun 5,48 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya.

Selanjutya ada kode HS 31 (pupuk), HS 85 (mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya) dan HS 87 (kendaraan dan bagiannya) yang memiliki nilai impor masing-masing sebesar USD183,79 juta, USD154,88 juta dan USD92,49 juta.

“Dari 10 barang berdasar kode HS 2 digit yang memiliki nilai terbesar dapat dilihat persentase kenaikan terbesar terjadi pada HS 89 (kapal, perahu, dan struktur terapung) sebesar 1.517,79 persen. Sedangkan persentase penurunan terbesar terjadi pada kode HS 73 (barang dari besi dan baja) sebesar 29,12 persen,” tutup Yusniar.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: