
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kenaikan harga kelapa di Samarinda yang kini tembus Rp20 ribu per butir, membuka mata Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) untuk melihat kembali potensi komoditas ini secara lebih strategis.
Wakil Gubernur Seno Aji, menyebutkan bahwa wilayah pesisir Kaltim memiliki potensi besar untuk menjadi sentra baru budidaya kelapa.
“Mulai dari Berau sampai ke Samboja, lalu dari Penajam Paser Utara hingga ke Paser, itu semua wilayah pesisir yang sangat mungkin ditanami kelapa. Kita akan dorong petani-petani di sana untuk tidak hanya fokus di hortikultura, tapi juga mencoba komoditas kelapa,” ujarnya kepada Niaga.Asia, Sabtu (17/5).

Selama ini, kata Seno, Kaltim memang bukan penghasil kelapa utama. Pasokan kelapa yang beredar di pasar-pasar tradisional seperti Segiri dan Sungai Dama masih bergantung dari luar daerah, terutama Sulawesi dan Pulau Jawa. Akibatnya, fluktuasi harga tidak bisa dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah daerah.
“Memang ada beberapa area yang memiliki kelapa cukup banyak, tapi itu belum cukup menopang kebutuhan daerah. Karena itu, kita perlu melihat ini sebagai peluang jangka panjang,” tambahnya.
Menurut dia, budidaya kelapa bukan hanya menjawab kebutuhan konsumsi lokal, tetapi juga bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi petani pesisir. Apalagi, produk turunan dari kelapa sangat beragam dan bernilai jual tinggi, mulai dari santan, minyak kelapa, nata de coco, hingga briket dari tempurung kelapa.
Potensi ini akan dikaji lagi secara lebih rinci bersama dinas perkebunan dan instansi lain. Pemprov Kaltim juga akan mengidentifikasi ketersediaan lahan, kesiapan petani, serta dukungan pasar agar kelapa bisa masuk sebagai salah satu komoditas strategis daerah.
“Senin besok kita rapat inflasi, akan kita lihat apakah harga kelapa ini berdampak signifikan atau tidak,” tegasnya.

Sebelumnya, keluhan atas harga kelapa yang tinggi tersebut datang dari kalangan pelaku usaha kuliner. Riduan, pengelola rumah makan Padang di Samarinda, menyebut kenaikan harga kelapa dari Rp12 ribu menjadi Rp20 ribu per butir dalam dua bulan terakhir sangat memukul usahanya.
“Kelapa bulat enggak bisa diganti dengan santan instan. Kalau mau rasa masakan Padang tetap autentik, ya harus pakai kelapa asli,” bebernya.
Pemprov Kaltim pun diharapkan untuk segera menyusun peta jalan pengembangan kelapa sebagai komoditas pesisir, demi menciptakan ketahanan bahan baku sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Kaltim.
Sementara berdasarkan pantauan Niaga.Asia, produksi kelapa Kaltim terus menurun karena peremajaannya berjalan lambat, petani tidak begitu antusias meremajakan kelapa yang sudah tua, sedangkan peremajaan yang difasilitasi Dinas Perkebunan sangat terbatas setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan BPS Kaltim terbaru, pada tahun 2024 tercatat luas kebun kelapa di Kaltim 19.624 hektar, atau sama dengan tahun 2023. Kebun kelapa terluas terdapat di Kutai Kartanegara yakni 7 ribuan hektar dan di Penajam Paseru Utara 4 ribuan hektar. Sedangkan produksi kelapa di Kaltim terjadi penurunan 1.272 ton, atau dari 9.115 ton pada tahun 2023 jadi 7.843 ton pada tahun 2024.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: Kelapa