
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Secara umum, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2024 tercatat sebesar 106,93. Angka ini menunjukkan bahwa harga konsumen atau harga eceran dari paket komoditas yang dikonsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 6,93 persen dibandingkan tahun dasar 2022.
Nilai IHK Kalimantan Timur ini sedikit lebih tinggi dibandingkan IHK nasional yang tercatat sebesar 106,80. Namun, jika dilihat dari tingkat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y), Kalimantan Timur mencatat inflasi sebesar 1,47 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional yang mencapai 1,57 persen.
Perkembangan inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) di Provinsi Kalimantan Timur sepanjang tahun 2024 menunjukkan pola yang sejalan dengan tren nasional. Inflasi tercatat terjadi secara konsisten setiap bulan tanpa adanya deflasi, menandakan bahwa harga berbagai komoditas secara umum mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
“Inflasi y-on-y di Kalimantan Timur sempat mencapai puncaknya pada Februari sebesar 3,28 persen, kemudian menurun secara bertahap hingga berada di angka 1,47 persen pada bulan Desember,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur, Dr. Yusniar Juliana, SST, MIDEC dalam laporannya berjudul Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Provinsi Kalimantan Timur 2024 yang dipublish 22 April lalu.
Sementara itu, tingkat inflasi nasional juga mengalami penurunan dari 2,57 persen di awal tahun menjadi 1,57 persen di akhir tahun. Tren ini menunjukkan bahwa laju inflasi sepanjang tahun masih dalam kondisi terkendali, sejalan dengan target pemerintah yang berada pada rentang 1,5 hingga 3,5 persen.
Menurut Yusniar, jika ditelusuri lebih rinci, inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) di Provinsi Kalimantan Timur sepanjang tahun 2024 menunjukkan pola pergerakan yang cukup fluktuatif, meskipun secara umum berada pada tingkat yang relatif rendah. Pola ini menyerupai tren nasional, dengan 8 (delapan) bulan mengalami inflasi dan 4 (empat) bulan mengalami deflasi. Kondisi ini mencerminkan dinamika harga yang cukup aktif di tingkat konsumen.
Inflasi m-to-m tertinggi terjadi pada April 2024, yakni sebesar 0,70 persen, jauh melampaui inflasi nasional yang tercatat 0,25 persen. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan pada momen Idulfitri, terutama terhadap transportasi udara yang memberi andil inflasi sebesar 0,18 persen.
”Selain itu, lonjakan harga komoditas pangan seperti beras, tomat, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, dan telur ayam ras turut mendorong kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang inflasi sebesar 0,35 persen pada bulan tersebut,” katanya.
Sebaliknya, deflasi m-to-m terdalam tercatat pada Juli 2024 sebesar 0,38 persen, lebih dalam dibandingkan deflasi nasional yang hanya 0,18 persen. Penurunan ini terutama dipicu oleh melimpahnya pasokan bahan pangan akibat panen raya, yang menyebabkan harga sejumlah komoditas mengalami pelemahan. Tomat memberikan andil deflasi sebesar 0,14 persen, daging ayam ras sebesar 0,08 persen, dan bawang merah sebesar 0,05 persen.
Di luar kelompok makanan, tarif angkutan udara juga mengalami koreksi cukup signifikan dengan andil deflasi sebesar 0,14 persen. Tekanan deflasi dari sektor transportasi ini turut dipengaruhi oleh meningkatnya penawaran angkutan udara melalui penambahan jadwal penerbangan dan rute baru dari bandara Kalimarau (Berau), APT Pranoto (Samarinda), dan SAMS Sepinggan (Balikpapan).
Penyajian data Indeks Harga Konsumen (IHK) dibagi ke dalam 11 (sebelas) kelompok pengeluaran, sesuai dengan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 sebagai tahun dasar, menunjukkan besaran IHK dan tingkat inflasi menurut kelompok pengeluaran di Provinsi Kalimantan Timur dan nasional.
Kelompok pengeluaran kesehatan mencatat selisih IHK terbesar antara Provinsi Kalimantan Timur dan nasional. IHK kelompok ini di Kalimantan Timur tercatat sebesar 108,28, lebih tinggi dibandingkan angka nasional sebesar 104,64.
Hal ini mengindikasikan bahwa selama tahun 2024, tingkat perubahan harga konsumen untuk kelompok kesehatan di Kalimantan Timur meningkat lebih tajam dibandingkan dengan nasional sejak tahun dasar 2022.
Dibandingkan dengan angka nasional, terdapat lima kelompok pengeluaran di Provinsi Kalimantan Timur yang mencatat tingkat inflasi year-on-year (y-on-y) lebih tinggi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau; pakaian dan alas kaki; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; kesehatan; serta rekreasi, olahraga, dan budaya.
”Sementara itu, enam kelompok lainnya, yakni perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga; transportasi; informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; pendidikan; penyediaan makanan dan minuman/restoran; serta perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional,” papar Yusniar.
Sepanjang tahun 2024, sebagian besar kelompok pengeluaran memberikan andil positif terhadap inflasi y-on-y di Provinsi Kalimantan Timur. Dua pengecualian adalah kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang justru memberikan andil negatif.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi dengan andil sebesar 0,77 persen. Besarnya andil ini menunjukkan bahwa kenaikan harga pada komoditas-komoditas kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras, daging, telur, dan bumbu-bumbu, menjadi faktor utama yang mendorong inflasi di Kalimantan Timur selama tahun 2024.
Menurut Yusniar, Kondisi ini juga mencerminkan bahwa tekanan inflasi lebih banyak dirasakan oleh masyarakat melalui konsumsi rutin, terutama bahan makanan. Sementara itu, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mencatat andil terkecil yakni 0,03 persen, dan kelompok perlengkapan, peralatan, serta pemeliharaan rutin rumah tangga memberikan kontribusi yang relatif kecil dan memberikan andil yang tidak signifikan terhadap laju inflasi provinsi.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat inflasi umum di Kalimantan Timur tergolong rendah, terdapat variasi cukup besar dalam tekanan harga antar kelompok pengeluaran. Hal ini menunjukkan pentingnya pengamatan dan kebijakan sektoral dalam menjaga kestabilan harga di wilayah ini.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: Inflasi Kaltim