Program Cetak Lahan Baru Harus Cermat, Jangan Sampai Rugi Triliunan

Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berkunjung ke Desa Wanam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, dalam rangka meninjau secara langsung pengembangan program pertanian berkelanjutan, Minggu (03/11/2024). (Foto: BPMI Setpres/Rusman)

JAKARTA.NIAGA.ASIAAnggota Komisi IV DPR Ri Riyono menilai rencana program cetak sawah/lahan baru seluas 3 juta hektar oleh Presiden RI Prabowo Subianto melalui Kementan harus dilakukan dengan cermat sebab, upaya itu berpotensi menghasilkan jutaan ton beras jika berhasil, sehingga bisa membantu mengurangi alokasi impor Indonesia.

“Cetak sawah baru 3 juta Ha lahan di Indonesia timur memang menjanjikan untuk bisa menghasilkan jutaan ton beras, namun jika gagal akan kehilangan puluhan bahkan ratusan triliun,” ujar Riyono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Ia mengungkapkan bahwa pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), pemerintah merencanakan cetak sawah/lahan 1 juta hektar di wilayah Timur Indonesia. Namun, hanya terealisasi 500 ribu hektar. Itu pun menghabiskan biaya triliunan rupiah.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sebagai pertimbangan, rencana anggaran biaya (RAB) konstruksi cetak sawah pada tahun 2016 bagi 138 kabupaten sebesar Rp16 juta per hektare, serta khusus untuk daerah Maluku dan Papua sebesar Rp19 juta per hektare.

Adapun untuk cetak 600.000 hektar sawah baru membutuhkan biaya rata-rata di luar Jawa Rp17 Juta per Ha sehingga minimal butuh Rp10 triliun lebih. Asumsinya, kata Riyono, jika 3 juta hektar tentu membutuhkan triliunan yang harus disiapkan.

“Membutuhkan anggaran yang cukup besar untuk cetak sawah baru, Kementan harus bisa menyiasati anggaranya yang ada. Jangan sampai mengulang kegagalan yang pernah terjadi,” ujar Politisi Fraksi PKS ini.

Maka dari itu, Riyono menilai bahwa keberhasilan cetak sawah baru ada di pengelolanya. Menurutnya, petani muda adalah solusinya. Maka dari itu, pemerintah perlu melibatkan para sarjana pertanian untuk menjadi petani sukses dan bersama cetak sawah baru.

Riyono menyebut, berdasarkan data Badan Penyuluhan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) 2020 Kementerian Pertanian, jumlah petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Jumlah itu hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah tua.

“Kalau mau maju pertanian kita, PKS usulkan gaji petani muda kita, jadikan profesi petani menjanjikan. Lulusan pertanian jadikan petani sukses. Kita hitung saja, 2.7 juta petani muda yang siap berkorban katakan 1 juta x 5 juta x 12 bulan = 60 Triliun. Angka yang kecil bagi cita – cita mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan Nasional,” tutup Riyono.

Sumber: Humas DPR RI | Editor: Intoniswan                                 

 

Tag: