Kemampuan Anak-anak PMI Memahami Pelajaran Tidak Tertinggal

Kapolres Nunukan AKBP Bonifasius Rumbewas bertemu dan menyerahkan bantuan buku berbagai ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia kepada anak-anak PMI di Malaysia yang bersekolah di  Sebatik  Tengah, Kabupaten Nunukan, hari Rabu (25/9/2024). (Foto : Humas Polres Nunukan/Niaga.Asia)
Sekolah Dasar (SD) Negeri 05 Kecamatan Sebatik Tengah, tempat 20 anak PMI bersekolah. (Foto Jusnita>

SEBATIK.NIAGA.ASIA – Kemampuan anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia memahami pelajaran di SDN 05 Sebatik Tengah tidak tertinggal dibandingkan anak-anak Indonesia yang tinggal di Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

“Soal prestasi akademik, anak-anak PMI tidak berbeda dengan anak-anak di Sebatik,” ungkap Guru kelas V SDN 05 Sebatik Tengah, Andreas Bama pada Niaga.Asia, Rabu (2/10/2024).

Saat ini jumlah anak-anak PMI yang masih aktif bersekolah di SDN 05 Sebatik Tengah sebanyak 20 orang dengan rincian, 12 orang berasal dari wilayah Bergosong dan 8 orang dari wilayah Peringkat Tiga, Sabah, Malaysia.

Menurut Andreas, salah satu kendala yang dihadapi anak-anak PMI dan guru di sekolah adalah soal bahasa. Anak-anak PMI yang lahir di Malaysia, bahasa sehari-harinya sejak dari lahir adalah bahasa melayu Malaysia, sedangkan di sekolah bahasa pengantar menggunakan bahasa Indonesia.

“Karena ada perbedaan dalam pengucapan tentang sesuatu atau istilah dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia, kami guru harus kerja keras mencarikan padanan yang disampaikan ke dalam bahasa Malaysia, agar anak-anak PMI paham,” ungkapnya.

Kapolres Nunukan AKBP Bonifasius Rumbewas bertemu dan menyerahkan bantuan buku berbagai ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia kepada anak-anak PMI di Malaysia yang bersekolah di  Sebatik  Tengah, Kabupaten Nunukan, hari Rabu (25/9/2024). (Foto : Humas Polres Nunukan/Niaga.Asia)

Misalnya dalam pelajaran matematikan, kata Andreas, ada pelajaran menambah, tapi anak-anak PMI menyebut itu “campur”, begitu pula dengan pelajaran membagi, mereka menyebut “bahagi”. Dengan demikian, guru yang pintar-pintar menyesuaikan saat menyampaikan pelajaran.

Andreas mengungkapkan, anak-anak PMI sangat bangga sekali setelah bertemu dan diantar  Kapolres Nunukan AKBP Bonifasius Rumbewas dan Kasat Samapta AKP I E Berlin menggunakan mobil Kepolisian sepulang dari sekolah ke batas negara Indonesia-Malaysia.

Anak-anak PMI itu juga menyampaikan ke guru-guru ingin jadi Polisi. Guru juga sangat mendukung dan menyampaikan untuk jadi Polisi harus rajin bersekolah terlebih dahulu. Guru juga berupaya memberikan pemahaman bahwa pendidikan adalah jembatan menuju cita-cita jadi Polisi.

Andreas menduga, diluar 20 anak PMI dari Bergosong dan Peringkat Tiga Malaysia yang kini bersekolah di SDN 05 Sebatik Tengah, masih banyak  tidak bersekolah karena belum memiliki dokumen kependudukan.

Kapolres Nunukan AKBP Bonifasius Rumbewas yang peduli pendidikan anak-anak PMI dan prihatin kondisi yang harus mereka hadapi setiap hari, mengaku akan membangun rumah singgah bagi anak-anak PMI di Sebatik Tengah. Rumah singgah itu fungsinya sebagai tempat tinggal sementara bagi anak-anak PMI bila hari hujan dan tidak bisa pulang ke Malaysia, atau tempat istirahat bila cuaca sangat panas.

“Pembangunan rumah singgah sedang dalam proses menunggu izin dari Pak Kapolda (Kaltara),” kata kata AKBP Bonifasius Rumbewas pada Niaga.Asia, Rabu (25/9/2024) usai bertemu anak-anak PMI di garis batas negara Indonesia dengan Malaysia.

Dalam kesempatan itu Kapolres juga menyerahkan bantuan buku-buku berbagai ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia kepada anak-anak PMI di Malaysia yang bersekolah di  Sebatik  Tengah, sebagai sarana agar anak-anak PMI memahami bahasa Indonesia.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: